Senin, 05 Juni 2017

Mengatasi Server Not Found di Mozilla Firefox

 Mengatasi Server Not Found di Mozilla Firefox


Berikut cara cepat mengatasi server not found atau server tidak ditemukan di Mozila Firefox adalah sebagai berikut :


1. Pertama kali buka browser mozilla di PC anda

2. Ketik pada address bar / kotak alamat 'about:config' ( tanpa tanda petik )


3. Setelah itu tekan enter, dan anda akan disuguhi papan peringatan, setujui saja dan lanjutkan.

4. Setelah masuk ke halaman about:config , silahkan ketik di kotak pencarian dengan mengetik 'ipv6'

5. akan muncul satu opsi yaitu 'network.dns.disableipv6' yang di baris paling kanan ada nilai yang menunjukkan 'false'



6. Yang perlu anda lakukan adalah melakukan klik 2 kali pada tulisan 'false' agar berubah secara otomatis menjadi tulisan 'true'

7. Setelah berhasil mengubah settingan seperti urutan diatas, silahkan coba mengakses salah satu situs kesayangan anda.

8. Selesai dan tentunya berhasil.

TUGAS BIOKIMIA

TUGAS BIOKIMIA

1.    Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat lemak
Jawaban :
Berikut adalah  ke-5 sifat fisik lemak tersebut:
1.    Pada suhu kamar, lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair.
2.    Lemak dan minyak tidak larut dalam air karena minyak dan lemak adalah
    senyawa nonpolar
3.    Lemak dan minyak hanya larut sedikit dalam alkohol, tetapi dapat larut
sempurna dalam pelarut nonpolar, misalnya eter, karbondisulfida, dan
karbon tetraklorida.
4.    Lemak dan minyak cair mempunyai viskositas yang tinggi (kental). Semakin
banyak atom karbon penyusun asam lemak pada lemak, semakin tinggi
viskositasnya (semakin kental).
5.    Lemak dan minyak mempunyai massa jenis kurang dari 1 gram/mL, atau
lebih rendah dari air. Oleh karena itu, lemak dan minyak akan terapung dalam
air.
Lemak merupakan sumber energi yang besar di dalam tubuh, dan menghasilkan 9 kkal pada setiap gramnya, dan jumlah ini jauh lebih besar dari pada energi yang dihasilkan protein dan karbohidrat yaitu hanya sebesar 4 kkal untuk setiap gramnya. Lemak di dalam tubuh berasalh dari asupan makanan sehari-hari, baik itu berasal dari sumber karbohidrat, protein, maupun dari lemak itu sendiri. lemak yang berada di dalam tubuh disimpan pada bagian-bagian berikut ini: 50% pada jaringan bawah kulit (daerah subkutan), 45% pada ronggaperut yang menyelimuti organ dalam, dam 5% pada jaringan intramuskular.

2. Sebutkan sifat-sifat monosakarida
Jawaban :
Larut dalam air, tidak  berbentuk warna dan berbentuk padat kristal. Sifat-sifat Monosakarida :
    1.  Reaksi dengan basa dan asam
    2. Gula pereduksi
    3.  Pembentukan glikosida
    4.  Pembentukan ester
    5. Fenilosazon dan Osazon

3. Sebutkan dan jelaskan persamaan dan perbedaan amilosa dengan amilopektin
Jawaban :
•    Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda dengan
    amilosa, yg terlihat dari karakteristik fisiknya.
•    Secara struktural, amilopektin terbentuk dari rantai glukosa yg terikat dg
    ikatan 1,6-glikosidik, sama dengan amilosa.
•    Namun demikian, pada amilopektin terbentuk cabang-cabang (skitar 20 mata
    rantai) dg ikatan 1,4-glikosidik.

Perbedaan antara Amilosa dan Amilopektin adalah sebagai berikut :
Amilosa
1. Amilosa ini merupakan sekitar 20% dari pati
2. Amilosa merupakan polimer rantai lurus dari unit D-glukosa
3. Ikatan yang terlibat adalah ikatan α-1, 4 glikosidik
4. Amilosa dengan yodium menghasilkan noda biru
5. α dan β amilase dapat menghidrolisis amilosa
6. lebih mudah larut dalam air
7. Larut dalam air panas tapi tidak membentuk gel atau pasta pati
Amilopektin
1. Amilopektin merupakan sekitar 80% dari pati
2. Amilopektin adalah polimer bercabang rantai dari unit D-glukosa
3. Ikatan yang terlibat adalah ikatan α-1, 4 glikosidik dan ikatan α-1, 6 glikosidik pada titik-titik cabang
4. Amilopektin dengan yodium menghasilkan noda coklat kemerahan
5. α dan β amilase dapat menghidrolisis ikatan α-1, 4 glikosidik tetapi tidak bisa menghidrolisis ikatan α-1, 6 glikosidik pada titik-titik cabang amilopektin
6. Kurang larut dalam air
7. Larut dalam air panas dan membentuk gel atau pasta pati

4. Sebutkan dan jelaskan proses terbentuknya karbohidrat pada tanaman
Jawaban :
Sifat fisiologi khusus yang dimiliki tanaman adalah kemampuan untuk memakai zat karbon dari udara, untuk diproses menjadi bahan-bahan organik dan di asimilasi ke dalam tubuh tanaman. Proses ini disebut dengan fotosintesis, tetapi hanya dapat berlangsung jika tanaman mendapatkan cukup cahaya.
Asimilasi zat karbon atau fotosintesis merupakan suatu proses, ketika zat-zat anorganik CO2 dan H2O yang diambil oleh klorofil dari luar tubuh tanaman.
Di proses dan berubah menjadi suatu zat organik karbohidrat, berkat bantuan cahaya matahari.

5. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat polisakarida
Jawaban :
•    Berbentuuk serbuk  sukar larut dalam air, larutannya dalam air be
rupa kolloid dan rasanya tidak manis
•    Tidak dapat bereaksi dengan pereaksi fehling dan tollens
•    Dapat dihidrolisis menghasilkan molekul glukosa
Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai sifat mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya ialah amilum, glikogen, dekstrin dan selulosa.

6. Sebutkan dan jelaskan mengapa asam amino dapat larut dalam air.
Jawaban :
Pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri dari beberapa atom karbon, umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik.
Amina dengan rantai atom C-nya lebih dari empat pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik.
    Perbedaan sifat antara asam amino dengan asam karboksilat dan amina terlihat pada titik leburnya.
    Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan asam karboksilat atau amina.
    Kedua sifat fisika ini menunjukkan bahwa asam amino cenderung mempunyai struktur yang bermuatan dan mempunyai polaritas tinggi dan bukan sekedar senyawa yang mempunyai gugus –COOH dan gugus –NH2. Hal ini tampak pula pada sifat asam amino sebagai elektrolit. Oleh sebab itu asam amino dapat larut dalam air.

7. Sebutkan dan jelaskan mengapa selulosa tidak dapat digunakan manusia sebagai sumber energi.
Jawaban :
Manusia tidak dapat mencerna selulosa (yang berarti bahwa sistem pencernaan mereka tidak bisa memecahnya menjadi konstituen dasar), selulosa tetap bagian yang sangat penting dari diet manusia yang sehat. Hal ini karena merupakan bagian utama dari serat makanan yang kita tahu adalah penting untuk pencernaan yang tepat.
Dan karena tidak ada enzim yang dapat untuk memecah selulosa, meskipun tidak dapat   di cerna selulosa berfungsi sebagai sumber serat yang dapat memperbesar volume dari fases sehingga akan memperlancar defekasi.

8. Sebutkan contoh monosakarida dan disakarida yang banyak di temukan di alam.
Jawaban :
a. Monosakarida yang di temukan di alam yaitu :
•    Glukosa
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa, disebut juga dekstrosa karena memutar bidang polarisasi ke kanan. Glukosa merupakan komponen utama gula darah, menyusun 0,065- 0,11% darah kita. Glukosa dapat terbentuk dari hidrolisis pati, glikogen, dan maltosa. Glukosa sangat penting bagi kita karena sel tubuh kita menggunakannya langsung untuk menghasilkan energi.
•    Galaktosa
Galaktosa merupakan suatu aldoheksosa. Monosakarida ini jarang terdapat bebas di alam. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa kurang manis jika dibandingkan dengan glukosa dan kurang larut dalam air
•    Fruktosa
Fruktosa adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri. Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat di alam. Fruktosa merupakan gula termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa.

9. Sebutkan dan jelaskan pengertian biokimia dan hubungannya bagi teori biogenesis.
Jawaban :
•    Biokimia adalah Bios = Yunani, artinya “hidup” “Kimia mahluk hidup; Kimia yang terjadi dan menjadi ciri kehidupan.
•    Biokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang peranan berbagai molekul dalam reaksi kimia dan proses yang berlangsung dalam makhluk hidup. 
•    Hubungannya bagi Teori Biogenesis adalah Suatu teori yang mengemukakan bahwa asal kehidupan suatu makhluk hidup berasal dari makhluk hidup.teori biogensis adalah “ omne vivum ex ovo” ( makhluk hidup berasal dari telur ) dan “ Omne Vivum ex Vivo “ ( Mkahluk hidup berasal dari makhluk yang telah ada.
   
10. Sebutkan dan jelaskan hubungan glukosa dengan glikogen
    Jawaban :
Pada tubuh manusia glikogen terdapat pada hati dan otot. Hati tempat pembentukkan glikogen dari glukosa. Apabila kadar glukosa dalam darah bertambah, sebagian diubah menjadi gliogen sehingga kadar glukosa dalam darah menurun maka glikogen diubah menjadi glukosa. Glikogen yang ada di dalam otot digunakan sebagai sumber energi untuk beraktivitas.
Pembentukan ( biosintesis ) glukosa dari senyawa pemula yang bukan karbohidrat disebut glukoneogenesis ( pembentukan gula baru ) yang terutama terjadi di hati.

11. Sebutkan unsur kimia penyusun protein yaitu :
Jawaban :
    Karbon 50%
    Hydrogen 7%
    Oksigen 23%
    Nitrogen 16%
    Belerang 0-3%
    Fosfor 0-3%

12. Sebutkan hasilnya jika glukosa dan galaktosa dioksidasi.
Jawaban :
    Galaktosa jika dioksidasi dengan asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air. Sedangkan glukosa jika dioksidasi akan menghasilkan asam sakarat.

13. Sebutkan gugus fungsi yang di temukan pada karbohidrat.
    Jawaban :
Gugus fungsi aldehida atau keton dan banyak gugus hidroksil. Karbohidrat di gunakan untuk golongan senyawa yang mmempunyai rumus ( CH2O )n-.

14. Sebutkan dan jelaskan penggolongan lipid menurut Bloor
    Jawaban :
a. Lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak atau gliserida  dan lilin ( waxes).
b. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang empunyai gugus tambahan, contoh fosfolipid, serebrosida.
c. Lipid turunan ( derivate lipid ) yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol

15. Sebutkan dan jelaskan dan berikan contohnya penggolongan lipida berdasarkan kemiripan strukturnya
Jawaban :
1.    Asam lemak
Asam lemak adalah asam organic yang terdapat sebagai ester trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan Asam lemak terdiri dari asam lemak tak jenuh dan asam lemak jenuh.
2.    Lemak
Lemak adalah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu trihidroksi alcohol yang terdiri dari tiga atom karbon. Dimana setiap atom karbon memiliki gugus –OH. Lemak mempunyai sifat berupa zat padat pada suhu ruangan yang terjadi pada lemak hewan sedangkan berupa zat cair pada lemak nabati.
3.    Lilin
Lilin adalah ester asam lemak yang mempunyai rantai karbon panjang antara 14 sampai 34 atom karbon. Lilin tidak larut dalam air tapi larut dalam pelarut lemak.
4.    Fosfolipid
Fosfolipid adalah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester asam fosfat. Pada umumnya fosfolipid terdapat dalam sel tumbuhan hewan dan manusia..
5.    Sfingolipid
Sfingolipid merupakan derivate spingosin. Senyawa yang termasuk kelompok ini sfingomyelin yaitu sfingolipid yang mengandung karbohidrat, seramida yaitu derivate sfingosin yang mengandung gugus asil dari asam lemak, dan serebrosida yang terdapat pada jaringan sel saraf.
6.    Terpen
Terpen terdiri atas beberapa molekul isoprene. Yang termasuk terpen antara lain kamfer, karoten, vitamin A dan fitol.
7.    Steroid
Steroid yaitu senyawa lipid yang mempunyai struktur dasar yang sama dan merupakan derivate perhidroksiklopentanofenantren. Mempunyai karakteristik yang hampir sama pada steroid.

16. Sebutkan fungsi Omega 3 dalam tubuh manusia serta berikan contohnya
Jawaban :
    a.       Omega 3 bermanfaat bagi pertumbuhan sel otak, organ penglihatan dan tulang, serta menjaga sel-sel pembuluh darah dan jantung tetap sehat. Omega 3 sangat penting bagi perkembangan sel-sel otak karena 40% asam lemak di otak terdiri atas asam lemak Omega 3.
    b.      Omega 3 ini sangat dibutuhkan dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan sel-sel saraf otak agar optimal terutama pada anak-anak sampai sekitar usia 5 tahun mengingat pertumbuhan otak anak yang cepat dan pesat pada masa tersebut.
c.       Omega 3 bahkan tetap dibutuhkan sampai usia dewasa. Kurangnya kadar Omega 3 akan Tidak hanya bagi otak, Omega 3 juga memegang peranan penting bagi organ penglihatan dan tulang. Sekitar 60% retina pada mata dibentuk dari Omega 3. Kekurangan Omega 3 dapat mengakibatkan mata menjadi kabur. Omega 3 juga baik untuk tulang karena di dalam Omega 3 juga terkandung kalsium.
    d.      Pada orang lansia, Omega 3 dapat membantu mengatasi penyakit peradangan persendian. Manfaat lain dari Omega 3 ialah kemampuannya dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan kulit.

17. Sebutkan hubungan jumlah atom C yang terdapat pada rantai asam lemak.
Jawaban :
Asam lemak adalah asam karbonat dengan rantai hidrokarbon yang panjang dengan rumus CH3(CH2)nCOOH atau CnH2n+1-COOH. Sebagai komponen dari lipid, asam lemak terdapat pada semua organisme. Asam lemak terutama berada dalam bentuk ester dengan alkohol, misalnya dengan gliserol, spingosin atau kolesterol. Dalam jumlah kecil asam lemak ditemukan juga dalam bentuk tidak teresterisasi, sehingga dikenal sebagai asam lemak bebas.
Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27° Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut.
Nama sistematik dibuat untuk menunjukkan banyaknya atom C yang menyusunnya. Angka di depan nama menunjukkan posisi ikatan ganda setelah atom pada posisi tersebut. Contoh: asam 9-dekanoat, adalah asam dengan 10 atom C dan satu ikatan ganda setelah atom C ke-9 dari pangkal (gugus karboksil). Nama lebih lengkap diberikan dengan memberi tanda delta (Δ) di depan bilangan posisi ikatan ganda. Contoh: asam Δ9-dekanoat.

18. Sebutkan dan jelaskan mengapa fosfolipid monosakarida dan digliserida dapat digunakan sebagai emulsifier (surfaktan)
Jawaban :
Fosfolipid ialah suatu gliserida yang mengandung fosfor dalam bentuk ester asam fosfat. Oleh karena itu fosfolipid ialah suatu fosfogliserida. Senyawa-senyawa dalam golongan fosfogliserida ini dapat dipandang sebagai derivat asam α fosfatidat.
Gugus yang diikat oleh asamfosfatidat ini antar lain kolin, etanolamina, serin dan inositol. Dengan demikian senyawa yang termasuk fosfolipid ini ialah fosfalikdin, fosfatidiletanolamina, fosfatidilserin, dan fosfatidilinositol.

19. Sebutkan dan jelaskan fungsi lilin yang terdapat pada kepala ikan paus maupun ikan lumba-lumba
Jawaban :
Lilin yang terdapat pada bagian kepala ikan paus atau lumba-lumba disebut spermaseti yang sebagian besar terdiri atas setilpalmitat. Dahulu spermaseti ini digunakan sebagai lilin untuk penerangan. Lilin memegang peranan penting dalam sebagai penahan air pada binatang.




20. Sebutkan senyawa yang terikat pada gugus fospat yang terdapat pada fosfolipid
Jawaban :
Fosfolipid memiliki kerangka gliserol dan 2 gugus asil. Pada posisi ketiga dari kerangka gliserol di tempati oleh gugus fosfat yang terikat pada amino alkohol.
Molekul fosfolipid dapat dipandang terdiri dari dua bagian, yaitu kepala dan ekor. Bagian kepala memiliki muatan positif dan negatif serta bagian ekor tanpa muatan. Bagian kepala karena bermuatan bersifat hidrofilik atau larut dalam air, sedangkan bagian ekor bersifat hidrofobik atau tidak larut dalam air. Fosfolipid digolongkan sebagai lipid amfipatik.

21. Sebutkan sifat-sifat kholestrol.
Jawaban :
Kolesterol adalah komponen lemak yang merupakan bahan bangun penting dalam tubuh kita. Organ tubuh yang mengandung banyak kolesterol terutama otak, yaitu mengandung 10%  dari  berat totalnya. Kolesterol dibentuk di semua sel tubuh, terutama di hati, yaitu sebesar 1000 mg sehari. Sumber lain dari kolesterol adalah asupan melalui makanan sebesar mg kolesterol sehari. Kolesterol yang berlebihan diubah menjadi asam empedu dan dikeluarkan dari tubuh, terutama dalam bentuk empedu.
Kolestrol dapat larut dalam pelarut lemak misalnya eter,kloroforn,benzena dan alkohol panas.Apabila terdapat dalam konentrasi tinggi kolestrol mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna,tidak berasa dan tidak berbau.

22.  Sebutkan fungsi kholestrol yang terdapat pada empedu
Jawaban :
a.       Berperan dalam emulsi lemak, asam empedu membantu mengemulsi partikel-partikel lemak yang besar menjadi partikel yang lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.
b.      Berperan dalam mengeluarkan beberapa produk buangan dari darah antara lain bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang di bentuk oleh sel- sel hati. Sedangkan fungsi utama dari kandung empedu adalah; menyimpan cairan empedu yang secara terus menerus disekresi oleh hati, mengkonsentrasikan cairannya dengan cara mereabsorpsi cairan dan elektrolit

23. Sebutkan beberapa contoh yang termasuk terpen.
Jawaban :
Yang termasuk terpen adalah sitral, pinen, geraniol, kamper, sitronelal, karoten, dan skualen

24. Sebutkan senyawa yang mengandung inti steroid
Jawaban :
Yaitu sterol, asam- asam empedu, hormon seks, hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin


25. Sebutkan fungsi 7-Dehidrokolesterol dan ergosterol dalam tubuh manusia
Jawaban :
7-Dehidrokolestrol merupakan senyawa yang terdapat dibawah kulit dan hanya berbeda dari sedikit kolestrol  yaitu terdapat ikatan rangkap C=C antara atom nomor 7 dan nomor 8. 7-Dehidrokolestrol  dapat di ubah menjadi vitamin D dengan bantuan sinar ultraviolet. Vitamin D sangat berguna bagi tubuh. Karenanya berjemur dibawah dibawah sinar matahari pagi sangat bermanfaat bagi tubuh.

26. Sebutkan hormon yang terdapat pada laki-laki maupun perempuan
Jawaban :
Hormon laki-laki adalah testeron dan andesteron di peroleh dari ekstrak tetes dalam bentuk kristal sedangkan andesteron didapati pada urin dan mungkin berupa hasil perubahan kimia atau metabolisme testoteron. Hormon Perempuan ada dua jenis estrogen dan progesteron. Estrol,estradial dan estriol adalah hormon yang termasuk estrogen,pregnandial adalah hasil metabolisme progesterone.

27. Sebutkan dan jelaskan mengapa enzim disebut sebagai biokatalis.
Jawaban :
Enzim disebut sebagai biokatalisator dikarenakan enzim mempunyai peranan sebagai katalis dalam tubuh makhluk hidup. Hal ini dikarenakan enzim mempunyai kemampuan untuk mempercepat terjadinya reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak terjadi perubahan pada struktur kimia reaksi tersebut. Atau dengan kata lain, enzim mempunyai kemampuan untu bekerja secara khusus, yang artinya enzim hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu dan tidak dapat mempengaruhi reaksi lain.
Selain itu, dengan sifatnya yang tidak ikut bereaksi pada saat melakukan reaksi, enzim dapat digunakan secara berulang-ulang dengan jumlah yang tidak terlalu banyak dan tidak mudah rusak oleh panas. Enzim sebagai biokatalisator ini juga mempunyai kemampuan untuk bekerja secara bolak-balik, yakni mampu menguraikan maupun menyusun kembali persamaan senyawa-senyawa dari reaksi kimia.

28. Sebutkan dan jelaskan penggolongan enzim
Jawaban :
Klasifikasi enzim
1. Oxidoreduktase, terkait dalam transfer elektron
2. Transferase, mentransfer suatu kelompok kimia dari suatu zat ke zat lainnya.
3. Hidrolase, memotong substrat dengan mengambil suatu molekul air (hidrolisis)
4. Liase, membentuk ikatan ganda yang menambahkan/memindahkan suatu kelompok kimia
5. Isomerase molekul , memindahkan satu kelompok didalam suatu untuk membentuk isomer
6. Ligase atau sintetase, mengadakan pembentukan berbagai ikatan kimia sampai pada gangguan ikatan pirofosfat didalam trifosfat adenosin atau sebuah nukleotida yang sama.


29. Sebutkan dan jelaskan cara kerja enzim
Jawaban:
Enzim dalam tubuh kita bekerja sebagai Katalis, yaitu bertugas menurunkan energi aktivasi untuk reaksi-reaksidalam tubuh kita. Tanpa enzim, reaksi dalam tubuh kita akan berjalan sangat lama atau bahkan tidak berjalansama sekali. satu sisi enzim terdapat tempat aktif yang memiliki bentuk yang dapat berpasangan tepat sama dengan bentuk permukaan substrat. Akibatnya satu enzim hanya dapat digunakan untuk satu jenis substrat.

30. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
Jawaban :
•    Suhu
Semua enzim membutuhkan suhu yang cocok agar dapat bekerja dengan biak. Laju reaksi biokimia meningkat seiring kenaikan suhu. Hal ini karena panas meningkatkan energi kinetik dari molekul sehingga menyebabkan jumlah tabrakan diantara molekul-molekul meningkat.
•    Nilai pH
Nilai pH yang menguntungkan bagi enzim tertentu sebenarnya tergantung pada sistem biologis tempat enzim tersebut bekerja. Ketika nilai pH menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka struktur dasar enzim dapat mengalami perubahan. Sehingga sisi aktif enzim tidak dapat mengikat substrat dengan benar, sehingga aktivitas enzim menjadi sangat terpengaruhi. Bahkan enzim dapat sampai benar-benar berhenti berfungsi.
•    Konsentrasi Substrat
Jelas saja konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti lebih banyak jumlah molekul substrat yang terlibat dengan aktivitas enzim. Sedangkan konsentrasi substrat yang rendah berarti lebih sedikit jumlah molekul substrat yang dapat melekat pada enzim, menyebabkan berkurangnya aktivitas enzim.
•    Konsentrasi Enzim
Semakin besar konsentrasi enzim maka kecepatan reaksi akan semakin cepat pula. Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi, tentunya selama masih ada substrat yang perlu diubah menjadi produk.
•    Aktivator & Inhibitor
Aktivator merupakan molekul yang membantu enzim agar mudah berikatan dengan substrat.
Inhibitor adalah substansi yang memiliki kecenderungan untuk menghambat aktivitas enzim.

31. Sebutkan dan jelaskan faktor – faktor yang diperhatikan pada pembuatan tape
Jawaban :
Dalam proses pembuatan tape ini ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu :
1.       Konsentrasi Garam
Konsentrasi garam yang dianjurkan adalah 5-15% (20-600S). Garam berfungsi untuk menghambat pertumbuhan jenis-jenis mikroorganisme pembusuk yang tidak diinginkan selama proses fermentasi berlangsung.

2.      Suhu
Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme dominan yang akan tumbuh.
3.       Oksigen
Ketersediaaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi.

32. Sebutkan dan jelaskan kata yang terdapat di dalam enzim sehingga dapat digunakan untuk membedakan satu sama lain.
Jawaban :
Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya,  dengan penambahan ‘ase’ dibelakangnya. Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk


EKOSISTEM SAWAH

MAKALAH AGROEKOLOGI
EKOSISTEM SAWAH

Kata Pengantar
    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat dan kasih karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Agroekologi yang berjudul “Ekosistem Sawah”.
    Adapun makalah Agroekologi tentang “Ekosistem Sawah” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah kami ini.
    Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan, 24 Maret 2017


Penulis






BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan" ( Odum, 1993 ).

1.2    Defenisi ekosistem sawah
Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian sederhana atau lebih tepatnya ekosistem buatan yang berupa lahan usaha bidang pertanian tanaman yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan monokultur yakni salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal, berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan vegetasinya. Sebenarnya merupakan hubungan komponen yang membentuk sistem. Ini berarti baik dalam struktur maupun fungsi komponen-komponen tadi adalah suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Sebagai konsekwensinya apabila salah satu komponen terganggu, maka komponen lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam ini disebut sebagai sistem ekologi, yang kemudian disingkat dan menjadi lebih dikenal sebagai ekosistem.
Selain itu ekosistem yang berada di sawah bukanlah ekosistem alami, akan tetapi sudah berubah sehingga akan sangat rentan terjadi ledakan suatu populasi di daerah tersebut. Hal inilah yang menjadikan daerah pertanian dan perkebunan sering terjadi serangan hama. Oleh karena itu ledakan hama merupakan ciri  setiap pertanian monokultur ( Odum, 1993 ).

1.3    Rumusan Masalah

1.    Apa defenisi ekosistem sawah ?
2.    Apa komponen Abiotik Ekosistem Sawah ?
3.    Apa komponen Biotik Ekosistem Sawah ?
4.    Bagaimana interaksi antar Tumbuhan (Padi) dengan Ekosistem Sawah ?
5.    Bagaimana jaring-jaring Makanan Pada Ekosistem Sawah ?

1.4    Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui defenisi ekosistem sawah
2.    Mengetahui komponen Abiotik Ekosistem Sawah
3.    Mengetahui komponen Biotik Ekosistem Sawah
4.    Menjelaskan Interaksi antar Tumbuhan (Padi) dengan Ekosistem Sawah
5.    Menjelaskan Jaring-jaring Makanan Pada Ekosistem Sawah
6.    Sebagai pelengkap tugas mata kuliah Agroekologi.

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komponen Abiotik Ekosistem Sawah

Unsur-unsur ekosistem terdiri dari unsur komponen Abiotik yang terdiri dari habitat seperti tanah, air, udara, materi organik, dan anorganik hasil dekomposisi mahluk hidup termasuk cahaya matahari dan iklim.
Adapun komponen abiotik ekosistem sawah adalah sebagai berikut:

1. Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut, dan pembusukan bahan organik, tanah memiliki sifat, tekstur, dan gangguan mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh organisme untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur.
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.

2. Air
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan dan membawa makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang bersangkutan.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km3. Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di danau, sungai, air tanah (ground water) dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu.
Air merupakan faktor lingkungan yang penting, semua organisme hidup memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air di sistem bumi kita ini adalah terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit untuk terjadi akibat adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi dan evaporasi yang berlangsung secara terus menerus. Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat langsung mempengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai bagian dari faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan organ tumbuhan ( Elfis, 2010 ).
Air terdiri dari molekul-molekul H2O. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Dialam, air dapat berbentuk padat, misalnya es dan kristal es (salju), serta berbentuk gas berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat diperlukan oleh makhluk hidup karena sebagian  besar tubuhnya mengandung air.


3. Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas, yaitu nitrogen (78,09%), oksigen (20,93%), karbon dioksida (0,03%), dan gas-gas lain. Nitrogen diperlukan mahluk hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan makhluk untuk bernafas. Karbon dioksida diperlukan tumbuhan untuk fotosintesis.

4. Cahaya matahari
Cahaya matahari adalah kebutuhan tumbuh-tumbuhan akan cahaya matahari berkaitan pula dengan energi dan suhu udara yang ditimbulkannya. Terdapat 4 kelompok vegetasi yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan panas se-panjang tahun, misalnya tumbuhan daerah tropis, mesotermal (tumbuhan yang menyukai lingkungan yang tidak bersuhu terlalu panas atau terlalu dingin), mikrotermal (tumbuhan di habitatnya, yaitu kelompok vegetasi atau tumbuhan megatermal (tumbuhan menyukai habitat bersuhu yang menyukai habitat bersuhu rendah atau dingin, misalnya tumbuhan dataran tinggi atau habitat sub tropis) dan hekistotermal yaitu tumbuhan yang terdapat di daerah kutub atau alpin.
Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari menentukan suhu lingkungan. Cahaya matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.

5. Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang, minimal permusim atau per periode atau per tahun, dan seterusnya, sedangkan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka pendek, misalnya harian, mingguan, bulanan dan maksimal semusim atau seperiode ( Hanafiah, 2007 ).

2.2 Komponen Biotik Ekosistem Sawah
Komponen biotik ialah faktor yang meliputi semua mahluk hidup dibumi, baik tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, dan mikroorganisme berperan sebagai dekomposer. Berdasarkan fungsinya komponen Biotik dibedakan atas:

1.    Produsen
Produsen merupakan organisme yang mampu membentuk makanannya sendiri dari zat-zat organik melalui proses fotosintesa dan klorofil. Organisme ini disebut autotrof karena mampu membentuk makanannya sendiri juga menyediakan kebutuhan makhluk hidup lainnya. Contoh: tumbuhan hijau (padi), rumput-rumputan, sitoplankton.

2. Konsumen
Konsumen adalah sekelompok makhluk hidup yang memakan produsen dan hewan lainnya. Kelompok ini tidak mampu membuat makanannya sendiri dari bahan anorganik. Karena itu, ia sangat tergantung pada organisme produsen. Organisme konsumen disebut heterotrof. Pada konsumen juga terdapat tingkatan lagi. Hewan yang memakan organisme produsen disebut konsumen primer. Jenisnya terdiri dari herbivora dalam struktur trofik menduduki tingkat trofik kedua. Konsumen yang memakan herbivora disebut konsumen sekunder dan terdiri dari hewan-hewan karnivora atau omnivora. Konsumen trofik ini berada pada tingkat trofik ketiga. Contoh: belalang, burung, siput, tikus, wereng, hama wereng, ular dan lain-lain.

3. Pengurai
Pengurai merupakan organisme yang menguraikan sisa-sisa makhluk hidup lainnya yang telah mati menjadi zat-zat anorganik. Zat ini tersimpan dalam tanah dan dimanfaatkan tumbuhan sebagai bahan makanannya. Organisme pengurai adalah bakteri, cacing dan jamur ( Prasetyo, 2006 ).

2.3 Interaksi antar Tumbuhan (Padi) dengan Ekosistem Sawah
Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya. Interaksi antar komponen ekologi dapat merupakan interaksi antar organisme, antar populasi, dan antar komunitas ( Aryulina, 2010 ).

1) Interaksi Antar Organisme
Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat disekitar kita. Interaksi antar organisme dapat dikategorikan sebagai berikut:

a.    Netral, adalah hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak. Contohnya: Laba-laba dengan padi.
b.    Predasi, adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa. Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contohnya: Tikus (mangsa) dan ular (pemangsa).
c.    Parasitisme, adalah hubungan antar organisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Contohnya: jamur (parasit) dan padi (inangnya). 
d.    Komensalisme, adalah merupakan hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan, salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya: elang dengan pohon yang ditumpanginya.
e.    Mutualisme, adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contohnya: kumbang dengan padi.

2) Interaksi Antar Populasi
    Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Kompetisi merupakan interaksi antar populasi, bila antar populasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contohnya: persaingan antara populasi gulma dan padi dalam memperebutkan unsur hara. Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya. Contoh interaksi antar populasi adalah sebagai berikut:
a)    Alelopati merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya: lalang yang tumbuh disekitar areal petakan padi karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik.
b)    Kompetisi merupakan interaksi antar populasi, bila antar populasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contohnya: persaingan antara populasi padi dengan populasi  gulma dalam memperebutkan unsur hara.

3) Interaksi antar komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas flora dan fauna yang hidup di air tawar dengan komunitas flora dan fauna yang hidup di darat.Interaksi antar komunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan ( Aryulina, 2010 ).

4) Interaksi Antar Komponen Biotik dengan Abiotik
Dalam ekosistem, interaksi antara komponen biotik dan abiotik mulai terjadi dari tingkat individu hingga biosfer. Interaksi komponen biotik dengan abiotik misalnya pada penggunaan oksigen untuk pernapasan dan penyerapan cahaya matahari dengan panjang gelombang tertentu untuk fotosintesis pada tumbuhan hijau. Interaksi tersebut akan semakin kompleks pada tingkat ekosistem dan biosfer. Interaksi antara komponen biotik dan abiotik pada tingkat biosfer adalah interaksi yang paling kompleks. Biosfer merupakan tempat interaksi seluruh ekosistem di bumi. Pada tingkat ekosistem, individu atau populasi me-miliki peran yang khas dalam kaitan interaksinya dengan lingkungan biotik dan abiotik. Kekhasan fungsi suatu individu atau populasi dalam ekosistem disebut niche (relung).
Berdasarkan peran khasnya, suatu individu atau populasi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:

a) Produsen
Produsen adalah organisme yang menyususn senyawa organik atau membuat makanan sendiri dengan bantuan cahaya matahari. Organisme yang tergolong produsen meliputi organisme yang melakukan fotosintesis, yaitu: tumbuhan hijau, beberapa jenis bakteri.

b) Konsumen
Konsumen adalah organisme yang tidak mampu menyusun senyawa organik atau membuat makanannya sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, organisme ini bergantung pada organisme lain. Hewan dan manusia tergolong dalam kelompok sebagai konsumen. 

c) Dekomposer
Dekomposer merupakan organisme yang menguraikan sisa-sisa organisme untuk memperoleh makanan atau bahan bahan organik yang diperlukan. Penguraian memungkinkan zat-zat organik yang kompleks terurai menjadi zat-zat yang lebih sederhana kemudian dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen. Organisme yang termasuk dekomposer adalah bakteri dan jamur.   

d) Detritivor
Detritivor adalah organisme yang memakan partikel-partikel organik atau detritus. Detritus merupakan hancuran jaringan hewan atau tumbuhan. Organisme detritivor antara lain cacing tanah, siput, dan kutu kayu.
Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.
Simbiosis adalah bentuk interaksi yang sangat erat dan khusus antara dua makhluk hidup  yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan simbiosis disebut simbion.
Simbiosis parasitisme, yaitu: interaksi dua individu / populasi di mana salah satu individu untung, sedangkan simbion pasangannya rugi contohnya:

1) Padi dan tikus
a. Fase vegetatif
    Dimana fase vegetatif  tikus dapat memutuskan batang - batang padi sehingga tampak berserakan. Tikus akan menggigit lebih dari jumlah yang di butuhkan untuk di makan. Kerusakan akibat serangan tikus bersifat khas, yaitu di tengah-tengah petakan sawah tampak gundul, sedangkan bagian tepi biasanya tidak diserang. Tikus juga menyerang bendengan persemaian dengan memakan benih- benih yang disebar, atau mencabut tanaman – tanaman yang baru tumbuh.

b. Fase generatif
Tikus- tikus akan memakan malai yang terbentuk dan bulir-bulir padi yang mulai menguning, sehingga dapat menyebabkan kehilangan hasil secara langsung. Kerusakan tidak akan terlihat dari jarak yang agak jauh sampai persentase serangan mencapai 15%. Serangan tikus lebih berat pada musim hujan  dari pada musim kemarau.

2) Burung dengan padi,
    Burung- burung hama padi memakan langsung bulir padi yang sedang menguning sehingga menyebabkan terjadinya kehilangan hasil secara langsung. Diantara burung- burung ini , bondol hitam dan bondol uban memegang peranan yang lebih penting. Kedua burung ini dapat menyebabkan patahnya malai karena mereka sering hinggap secara bersama- sama padi.

3) Keong
    Hewan ini dapat menyerang tanaman padi muda, baik di persemaian maupun bibit yang baru di pindahkan ke sawah. Dengan kepadatan populasi sekitar 10 - 15 ekor per meter persegi , keong mas  mampu menghabiskan  padi muda dalam waktu 3 hari jika air sawah dalam keadaan tergenang  dan menimbulkan kerusakan  yang cukup berat bagi daerah persawahan. Para petani juga kerap kehilangan bibit yang ditanam dan harus menyulamnya kembali. Keong mas sangat mengganggu lahan pertanian  sehingga disebut hama unggul, karena memakan segala tanaman terutama tanaman padi muda dan bibit.

4) Serangga
    Pada serangga- serangga hama yang mengalami metamorphosis sederhana, umumnya  nimfa dan imago  mempunyai habitat yang sama. Mereka sama-sama aktif makan dan sama- sama merusak tanaman atau dengan kata lain limfa  dan imago semuanya menjadi hama. Akan tetapi, tidak demikian halnya bagi  serangga hama yang mengalami metamorphosis sederhana.

5) Dekomposer (pengurai)
    Merupakan organisme yang mengurai sisa-sisa organisme  untuk memperoleh makanan atau memperoleh makanan atau bahan organik yang di perlukan. Penguraian memungkinkan zat - zat organik yang komplek terurai menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Kemudian dapat di manfaatkan kembali oleh produsen. Organisme yang termasuk dekomposer adalah bakteri dan jamur.

6) Detrivitor
    Detrivitor dalah organisme yang memakan pertikel- partikel organik atau detritus. Detritus merupakan pancuran jaringan  hewan atau tumbuhan. Organisme detrivitor antara lain cacing tanah, siput, keluwing, bintang laut, dan kutu kayu
( Wikipedia, 2013 ).

2.4 Jaring-jaring Makanan Pada Ekosistem Sawah
Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme lain dan ling-kungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan non hayati membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, aliran energi, dan siklus biogeokimia. Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan.
Bila sebagian dari biomassa suatu komunitas tumbuhan dimakan. Energi itu di teruskan ke pada suatu heterotrof, yang untuk keberadaannya bergantung pada energi tersebut. Misalnya belalang, tumbuh dan melaksanakan seluruh kegiatannya berkat energi yang tersimpan dalam tumbuhan yang dimakannya. Pada gilirannya, herbivora menyediakan makanan untuk hewan karnivora. Belalang tadi dapat di makan oleh katak. Proses pemindahan energi dari makhluk ke makhluk dapat berlanjut. Katak dapat di makan oleh ular hitam, yang pada gilirannya dapat di makan oleh burung elang. Lintasan konsumsi makanan seperti ini disebut rantai makanan.
Rantai makanan adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan. Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit yang akan dijelaskan sebagai berikut : 1) Rantai pemangsa, rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
2) Rantai parasit, rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
3) Rantai saprofit, rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
Jaring - jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen.
Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan hilang.

Dalam suatu ekosistem umumnya tidak hanya terdiri dari satu rantai makanan, akan tetapi banyak rantai makanan. Tumbuhan hijau tidak hanya dimakan oleh satu organisme saja, tetapi dapat dimakan oleh berbagai konsumen primer. Misalnya: padi daunnya dimakan ulat, ulat dimakan burung pipit, burung pipit dimakan burung elang, Padi juga dimakan tikus, tikus dimakan oleh burung elang, tikus juga dimakan ular. padi juga dimakan burung, burung pipit dimakan burung elang. Akibatnya dalam suatu ekosistem tidak hanya terdapat satu rantai makanan saja tetapi banyak bentuk rantai makanan. Rantai-rantai makanan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain disebut jaring-jaring makanan.
Dampak punahnya ular pada ekosistem sawah yaitu populasi tikus meningkat sehingga banyak petani yang gagal panen, populasi burung elang / hewan yang memakan ular akan menurun/punah karena sudah tidak tersedia makanan bagi hewan pemakan ular tersebut dan ekosistem menjadi terganggu (Wikipedia, 2013).







































BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.    Ekosistem sawah merupakan ekosistem yang mencirikan ekosistem pertanian sederhana atau lebih tepatnya ekosistem buatan yang berupa lahan usaha bidang pertanian tanaman yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan monokultur yakni salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal, berdasarkan atas komunitas tanaman dan pemilihan vegetasinya.
2.    Komponen abiotik ekosistem sawah yaitu : tanah, air, udara, cahaya matahari, iklim.
3.    Adapun komponen biotik ekosistem sawah yaitu : produsen, konsumen, pengurai.
4.    Interaksi antar komponen ekologi dapat merupakan interaksi antar organisme, antar populasi, dan antar komunitas.
5.    Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya















DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, D. 2010. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.
Elfis. 2010. Ekologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Odum. 1993. Dasar – Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Prasetyo. 2006. Bertanam Padi Sawah. Penebar Swadaya.  Jakarta.
Wikipedia. 2013. Ekosistem Sawah. Diakses melalui http://id.wikipedia.org/ (di akses tgl 21 Maret 2017).















Senin, 16 Januari 2017

Cara jitu menghilangkan v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\ pada blogspot

Selamat siang sobat Veman,
Kali ini saya akan berbagi pengetahuan tentang blogspot,  sejak pertama saya post infomasi di blog saya pernah mengalami hal seperti ini pada tampilan post saya

Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA ...
Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA ...
v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:* {behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} .shape {behavior:url(#default#VML);} Normal 0 false false false false EN-US X-NONE AR-SA ...


Ternyata cara mengatasi masalah di atas adalah simple sekali yaitu :

1. jangan Copy-Paste tulisan dari word mnggunakan ctrl+A ,
2. kalau mau Copy-Paste pindahkan dlu tulisan ke note, kemudian Copy-Paste ke blog anda.cara

Semoga dapat bermanfaat sobat...

Makalah Botani Umum tentang "Tumbuhan Pepaya"

MAKALAH BOTANI UMUM

TUMBUHAN PEPAYA ( Carica papaya L. )




Oleh :
Loveman Larosa
150420014









PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Kata Pengantar

    Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat dan kasih karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Botani Umum yang berjudul “Tumbuhan Pepaya (Carica papaya L)”.
    Adapun makalah Botani Umum tentang “Tumbuhan Pepaya (Carica papaya L)” ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan makalah saya ini.
    Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan, 18 Desember 2016


Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Tumbuhan pepaya (Carica pepaya L.) adalah salah satu tanaman yang habitat aslinya hutan tropis, uniknya tanaman ini dapat tumbuh subur dengan baik di daerah tropis ataupun sub-tropis, di daerah basah hingga kering, ataupun dataran rendah maupun pegunungan. Untuk wilayah indonesia sendiri, tanaman ini menyebar hampir di seluruh wilayah indonesia. Pepaya merupakan salah satu buah introduksi yang telah lama dikenal berkembang luas di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, pepaya sangat dikenal semua lapisan masyarakat. Buah pepaya telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Buah matangnya sangat digemari sebagai buah meja dan sering dihidangkan sebagai pencuci mulut karena cita rasanya yang enak, kandungan nutrisi dan vitaminnya yang relatif tinggi, serta manfaatnya dalam melancarkan pencernaan.
Pepaya adalah jenis tanaman herba (tanaman dengan batang berongga, tidak berkayu atau sedikit mengandung kayu). Tumbuhan pepaya memiliki beberapa jenis berdasarkan buah dan bunga.  Batang pepaya biasanya tidak bercabang dan tingginya dapat mencapai sepuluh meter. Daunnya merupakan daun tunggal dan berukuran besar, tangkai daun berukuran panjang dan berongga. Bunganya terdiri dari tiga jenis yaitu: bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna. Bentuk buah beragam dari yang bentuknya bulat sampai lonjong. Selain morfologinya pada tumbuhan pepaya juga terdapat anatomi yang terdiri dari fungsi struktur dan jaringan serta bagian-bagiannya. Dengan demikian, kita perlu mempelajari lebih banyak sejarah, klasifikasi, morfologi dan anatomi tumbuhan pepaya.

1.2     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah dan klasifikasi tumbuhan pepaya?
2.      Bagaimana morfologi dan anatomi dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji   tumbuhan pepaya?
1.3    Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan klasifikasi tumbuhan pepaya?
2.      Untuk mengetahui bagaimana morfologi dan anatomi dari akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji tumbuhan pepaya?



























BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Sejarah dan Klasifikasi Tumbuhan Pepaya
1.      Sejarah
Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat bahkan kawasan sekitar Mexsiko dan Costa Rica. Tanaman ini disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia oleh para pedagang Spanyol. Di Indonesia sendiri, tanaman pepaya (Carica papaya) baru dikenal secara umum sekitar tahun 1930-an, khususnya di kawasan pulau Jawa. Tanaman buah menahun ini tumbuh pada tanah lembab yang subur dan tidak tergenang air, dapat ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di bawah permukaan laut.
Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daerah tropis maupun subtropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi.
Nama pepaya  di berbagai daerah di Indonesia:
Nama Daerah : Pente (Aceh), Pertek (Gayo), Pastela (Batak), Embetik (Karo), Botik (Batak Toba), Bala (Nias), Sikailo (Mentawai), Kates (Palembang), Kalikih (Minangkabau), Gedang (Lampung), Gedang (Sunda), Kates (Jawa Tengah), Kates (Madura), Gedang (Bali), Kustela (Banjar), Bua medung (Dayak Busang), Buah dong (Dayak Kenya), Kates (Sasak), Kampaya (Bima), Kala jawa (Sumbawa), Padu (Flores), Pepaya (Gurontalo), Pepaya (Buol), Kaliki (Baree), Pepaya (Manado), Unti jawa (Makasar), Kaliki riaure (Bugis), Papai (Buru), Pepaya (Halmahera), Papae (Ambon), Palaki (Seram), Kapaya (Tidore), Tapaya (Ternate), Ihwarwerah (Sarmi), Siberiani (Windesi).

2.      Klasifikasi
Klasifikasi tumbuhan pepaya (Carica papaya L.)
Kingdom       : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom  : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi  : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi            : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas             : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas      : Dilleniidae
Ordo              : Caricales
Famili            : Caricaceae
Genus            : Carica
Spesies          : Carica papaya L.       

2.2    Morfologi Tumbuhan Pepaya
Morfologi dari tumbuhan papaya (Carica papaya),yaitu:
    1. Akar  (radix)
Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (disamping batang dan daun) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan komus. Akar pepaya merupakan akar tunggang (radix primaria), karena memiliki akar lembaga tumbuh terus menerus yang menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar lembaga. Suatu tumbuhan tak akan mempunyai akar tunggang jika tidak ditanam dari biji.
Akar tunggang pada pepaya berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kebawah, bercabang banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi sehingga dapat member kekuatan yang lebih besar kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat- zat makanan lebih banyak.

    2. Batang (caulis)
Tumbuhan pepaya merupakan tumbuhan diatas kotiledon, Tumbuh pada titik tumbuh, yakni pada meristem apeks (pucuk), berada di atas permukaan tanah serta dapat termodifikasi dan tumbuh dibawah permukaan tanah.
Batang merupakan jembatan antara akar dan daun untuk mengantarkan sari-sari makanan dalam proses fotosintesis. Batang pepaya termasuk dalam batang tumbuhan dikotil karena memiliki kambium, batangnya terdapat bekas tangkai daun yang telah kering dan gugur.  Pohon pepaya umumnya tidak bercabang, pepaya juga bisa tumbuh hingga setinggi 5-10 m. Batang pepaya merupakan batang berkayu (lignosus) karena batangnya tumbuh tegak lurus dan kuat (softwood) dan termasuk tipe model batang yang monopodial karena batang pokok selalu tampak jelas dan memiliki satu sumbu batang. Bentuknya panjang bulat seperti silinder. Batangnya memperlihatkan bekas-bekas daun. Arah tumbuh batang tegak lurus ke atas.

   3. Daun (folium)
a.       Susunan daunnya terdiri atas tangkai dan helaian saja, sehingga disebut daun bertangkai.
b.      Tangkai daun bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm,
c.          Bentuk atau bangun daun bulat, karena jika ujung-ujung tepi daun dihubungkan satu sama lain dengan suatu garis akan didapati bangun yang berbentuk bulat atau setidaknya hampir bulat.
d.      Ujung daun runcing (acutus), karena kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang daun sedikit demi sedikit menuju keatas dan membentuk sudut lancip.
e.       Pangkal daun berbentuk jantung(cordatus)
f.          Susunan daun bertulang menjari, karena dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan susunan seperti jari tangan, yang ditengah paling besar sedang ke samping semakin pendek.
g.      Tepi daun bercangap menjari (palmatifidus).
h.      Daging daun seperti perkamen (perkamenteus),
i.          Pepaya (Carica pepaya L.) adalah tumbuhan anggota Dicotyledoneae dengan tipe daun dorsiventral, yakni jaringan tiang (palisade) hanya terdapat pada sisi atas daun. Daun dorsiventral biasanya tumbuh secara horizontal, sehingga terdapat perbedaan warna antara permukaan atas dan bawah daun, karena intensitas cahaya matahari yang diterima berbeda. Warna permukaan daun bagian atas hijau tua, sedangkan bagian bawahnya hijau muda atau hijau keputih-putihan.
j.        Permukaan daun licin (laevis) sedikit mengkilat (nitidus)
k.      Letak helaian daun tersebar (folia sparsa), kadang-kadang terletak berhadapan, pada tiap tiga lingkaran batang terdapat 8 daun.

    4.  Bunga ( flos)
Tanaman pepaya memiliki tiga macam bunga
a.       Bunga betina (pistilate), Ciri-cirinya:
1)      Daun bunga terdiri atas lima helai dan letaknya terlepas satu sama lain
2)      Tidak mempunyai benang sari
3)      Bakal buah berbentuk bulat atau bulat telur dan tepinya rata
4)      Bunga betina dapat menjadi buah bila diserbuki tepung sari bunga jantan dari tanaman lain.
5)      Buah yang dihasilkan dari bunga betina bentuknya bulat atau bulat telur dengan tepi yang rata.
b.      Bunga sempurna (hermaphrodite)
Ciri-ciri umum bunga pepaya sempurna adalah memiliki putik, bakal buah, dan benang sari dalam satu kuntum bunga, kecuali pada bunga sempurna rudimenter tidak terdapat bakal buah dan putik. Dikenal ada empat macam bunga pepaya sempurna,yaitu:
1)      Bunga sempurna elongate, cirri cirinya
Ø  Daun bunga lima helai, di bagian bawah saling melekat membentuk tabung dan melekat sepanjang ¾ dari bakal buah, bagian ujungnya terlepas.
Ø  Bentuk bunga sempurna elongate mirip dengan bunga jantan, tetapi ukurannya relative lebih besar dan panjang.
Ø  Bakal buah berbentuk panjang lonjong, mempunyai lima sampai sepuluh helai daun buah, namun ada pula yang kurang dari lima helai.
Ø  Benang sari memiliki sepuluh helai yang terdapat pada ujung tabung sebelah dalam. Letak benang sari ini 5 helai bertangkai panjang melekat diantara dua bunga dan lima helai bertangkai pendek yang melekat pada bagian tengah dari daun bunga.
Ø  Bunga sempurna elongate menghasilkan buah yang bentuknya “panjang lonjong”.
2)      Bunga sempurna petandria, ciri-cirinya:
Ø  Daun bunga berjumlah lima helai,yang letaknya sebagian besar di bagian ujung, terlepas satu sama lain. Sedangkan dibagian bawahnya bersatu dan melekat pada bakal buah.
Ø  Bentuk bakal buah bulat tepinya beralur lima dan mempunyai 5 helai daun buah.
Ø  Benang sarinya 5 helai, bertangkai pendek, letaknya diantara daun bunga dan bakal buah,sedangkan tangkai sarinya melekat pada bakal buah ataupun pada tempat daun bunga menjadi satu.
Ø  Bunga ini muncul pada musim kemarau atau bila ada waktu kering lebih dari 10 hari di musim penghujan.
Ø  Bunga sempurna petandria menghasilkan buah yang bulat atau bulat telur yang tepinya
3)      Bunga sempurna antara, ciri-cirinya
Ø  Daun bunga berjumlah lima helai,letak daun bunga ada yang terlepai sampai dasarnya dan ada pula yang melekat  ¾ dari bakal buah.
Ø  Benang sarinya terdiri atas 2-10 helai yang tata letaknya bermacam-macam
Ø  Bakal buah berbentuk mengkerut dan mempunyai 5-10 helai daun bunga yang saling melekat satu sama lain.
Ø  Bunga sempurna antara menghasilkan buah yang bentuknya mengkerut.
4)      Bunga sempurna rudimenter, cirri-cirinya
Ø  Bentuknya mirip bunga elongate, namun tidak memiliki bakal buah.
Ø  Bunga ini muncul dimusim kemarau.
Ø  Bunga sempurna rudimenter tidak menghasilkan buah.
c.       Bunga Jantan (Staminate)
Bunga jantan biasanya tersusun dalam rangkaian bunga bertangkai panjang. Ciri-cirinya adalah :
Ø  Daun bunga berjumlah 5 helai, letaknya saling melekat pada bagian bawah, sehingga membentuk tabung, sedangkan bagian atasnya saling terlepas. Seolah-olah mirip bentuk “corong”.
Ø  Benang sarinya terdapat 10 helai
Ø Tidak dapat menghasilkan buah, karena tidak mempunyai bakal buah maupun putik.
Ø  Pada ujung rangkaian bunga biasanya terdapat beberapa bunga sempurna yang bentuk bakal buahnya bulat telur. Bunga sempurna ini dapat menjadi buah yang bentuknya bulat telur dan kecil-kecil atau disebut buah pepaya “gantung” (gandul).
Berdasarkan struktur bunga dan buah pepaya yang beragam tadi, maka dikenal tiga macam pohon pepaya, yaitu:
1.         Pohon pepaya betina, yaitu pohon pepaya yang berbunga dan berbuah betina.
2.         Pohon pepaya sempurna, yaitu pohon pepaya yang memiliki empat macam bunga sempurna (elongate, petandria, antara,dan rudimenter). Buah pepaya elongata biasanya muncul di musim hujan, sedangkan buah pepaya petandria umumnya pada musim kemarau. Buah pepaya antara yang bentuknya mirip buah “pisang” biasanya muncul pada musim kemarau yang panjang atau antara musim hujan ke musim kemarau, sedangkan bunga rudimenter yang mirip bunga jantan tidak menghasikan buah.
3.         Pohon pepaya jantan, yaitu pohon pepaya yang berbunga jantan dan bertangkai panjang, namun diujung rangkaian bunga terdapat beberapa bunga sempurna yang dapat menghasilkan buah pepaya gandul (gantung).

5. Buah (fructus)
Pepaya termasuk dalam golongan buah sungguh (buah sejati) tunggal. Buah sejati tunggal yaitu buah sejati yang terdiri dari bunga dengan satu bakal buah saja. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih, dapat pula tersusun darisatu atau banyak daun buah dengan satu atau banyak naungan.
Dalam buah pepaya terjadi dari beberapa daun buah dengan satu ruang dan banyak biji. Buah mentah berwarna hijau gelap dan bila matang berubah warna menjadi kuning kemerahan. Bentuk buah bulat hingga lonjong, dengan bagian ujung umumnya runcing. Rongga dalam pada buah pepaya berbentuk bintang bila dipotong secara melintang
Pepaya juga termasuk buah buni (bacca). Yang disebut dengan buah buni adalah buah yang dagingnya mempunyai dua lapisan, ialah lapisan luar yang tipis agak menjangat atau kaku seperti kulit (belulang) dan lapisan dalamyang tebal, lunak dan berair, sering kali dapat dimakan. Biji-biji terdapatbebas dalam bagian yang lunak itu. Buah buni dapat terjadi dari satu atau beberapa ruang. Pepaya termasuk buah buni yang berdiding tebal dan dapat  dimakan. Buah pepaya juga bentuknya bulat sampai lonjong. Bentuk buah bulat hingga memanjang, ujung biasanya meruncing. Warna kulit buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning.Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina. Bentuk buah memanjang (oval) bila dihasilkan dari tanaman hemafrodit.

Berdasarkan struktur bunga dan buahnya, pepaya dapat dikelompokkan menjadi 2  jenis :
1.      Pepaya Jantan
Pepaya jantan memiliki bunga jantan yang bertangkai panjang dan bercabang-cabang. Namun, pada ujung rangkaian bunga terdapat beberapa bunga sempurna yang dapat menghasilkan buah pepaya gandul atau gantung.
2.      Pepaya Sempurna
Pepaya sempurna dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Contohnya adalah pepaya jingga yang memiliki bentuk-bentuk buah sebagai berikut:
Ø  Pada musim hujan, buahnya berbentuk lonjong.
Ø  Pada musim kemarau, buahnya berbentuk bulat.
Ø  Diantara musim hujan dan kemarau, buahnya berbentuk buah pisang.
Ø  Pepaya sempurna yang berbuah musiman.
Contohnya adalah pepaya semangka yang berbuah pada musim hujan, tetapi pada musim kemarau, bunganya tidak dapat berubah menjadi buah.

6. Biji (semen)
Biji yaitu penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan, bakal buah tumbuh menjadi buah, dan bakal biji tumbuh menjadi biji. Melihat asal jaringan yang menjadi tempat penimbunan zat makanan cadangan biji pepaya termasuk putih lembaga dalam (endospermium). Maksud dari putih lembaga dalam yaitu jika jaringan penimbun makanan itu terdiri atas sel-sel yang berasal dari onti kandunglembaga sekunder yang kemudian setelah dibuahi oleh salah satu inti sperma lalu membelah-belah menjadi jaringan penimbun makanan ini. Melihat asalnya putih lembaga dalam ini, maka biji ini adalah biji tertutup (angiospermae), dan termasuk ke dalam biji dikotil. Biji berwarna hitam atau kehitaman.

2.3.     Fisiolofi dan Anatomi Tumbuhan Pepaya
1.      Anatomi Akar Pepaya
Dari lapisan luar ke dalam, anatomi akar  tumbuhan pepaya tersusun dari jaringan-jaringan sebagai berikut:
a)     Epidermis, terdiri dari sel selapis, tipis, rapat, dan mudah dilalui air. Memiliki rambut-ranbut akar yang merupakan hasil aktifitas sel dari belakang ttik tumbuh. rambut akar ini berfungsi memperluas bidang penyerapan.
b)     Korteks, terdiri dari banyak sel dan tersusun berlapis-lapis, dinding selnya tipis dan mempunyai banyak ruang antarsel untuk pertukaran gas. jaringan-jaringan yang terdapat pada korteks antara lain: parenkim (terdiri dari sel selapis, tipis, rapat, dan mudah dilalui air), kolenkim, dan sklerenkim.
c)     Endodermis,  terletak di sebelah dalam korteks. Endodermis berupa 1 lapis sel yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel. dinding selnya mengalami penebalan gabus. deretan sel-sel endodermis dengan penebalan gabusnya dinamakan pita kaspari. penebalan gabus ini tidak dapat ditembus air sehingga air harus masuk ke silinder pusat melalui sel endodermis yang dindingnya tidak menebal, disebut sel penerus air. Endodermis merupakan pemisah yang jelas antara korteks dan stele.
d)     Pembuluh tapis (floem) : deretan sel yang dindingnya searah dengan poros akar – batang dan berlubang – lubang halus sehingga membentuk pembuluh. Fungsinya untuk mengangkut zat makanan dari akar keseluruh tubuh tumbuhan.
e)    Pembuluh kayu (xylem) : deretan sel yang dindingnya searah dengan poros akar – batang dan menyatu. Fungsinya untuk menyalurkan air yang mengandung mineral dari akar ke daun dan bagian lain tubuh. Xylem dan Floem besama-sama berada di silinder pusat atau disebut Stele, yang terletak di sebelah dalam endodermis
f)     Kambium : lapisan sel hidup pada tumbuhan dikotil yang aktif membelah, berfungsi untuk memperbesar batang, terletak di sebelah dalam endodermis
2.      Anatomi Batang Pepaya
Batang pepaya tersusun dari tiga sistem jaringan :
a)      Dermal, yaitu jaringan kulit yang terdiri dari epidermis, korteks, endodermis, dan silinder pusat (stele) 
b)     Jaringan pembuluh, yaitu berupa silinder yang membatasi parenkim empulur di bagian tengah dan korteks dibagian luar. jaringan pembuluh terbagi menjadi berkas ikatan pembuluh (fasikel) yang saling berdekatan atau terpisah satu sama lain oleh parenkim (parenkim interfasikular).
c)      Jaringan penyokong, yaitu jaringan yang berfungsi untuk menujang agar tanaman dapat berdiri kokoh dan kuat.

3.      Anatomi Daun Pepaya
Carica papaya L. merupakan tumbuhan dikotil yang struktur daunnya tersusun atas jaringan epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut.
a)      Jaringan pelindung (epidermis dan derivatnya)
Anatomi daun pepaya tersusun atas satu lapis sel epidermis yang tidak mengandung kloroplas. Epidermis menutup secara kontinu kedua permukaan daun dan karena itu dibedakan menjadi epidermis atas dan epidermis bawah. Epidermis tertutup oleh kutikula, lapisan atau film seperti pernis, yang mengahambat perpindahan air dan gas dari dan ke dalam daun.
b)      Jaringan dasar (mesofil daun)
Pada mesofil berdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan jaringan bunga karang. Pada bagian ini proses fontosintesis terjadi dalam sel-sel mesofil. Jaringan mesofil, dengan perkecualian berkas pembuluh, meliputi semua sel antara epidermis dan bawah. Mesofil terbagi dalam dua bagian. Sel-sel yang ada di belahan atas daun memanjang tegak lurus terhadap permukaan daun dan membentuk satu sampai tiga lapisan sel yang rapat .sel-sel ini menyusun parenkima polisade, disebut demikian karena mirip dengan palisade, atau sebaris tonggak (tiang yang membentuk dinding).
c)      Berkas pembuluh epidermis
Berkas pengangkut pada daun membentuk bangunan kompleks yang disebut tulang daun. Daun pepaya memiliki satu ibu tulang daun dan cabang-cabangnya membentuk jala. Fungsinya adalah menyalurkan hasil fotosintesis dan metabolisme ke bagian tubuh daun lainnya. Dalam berkas pengangkut, posisi xylem selalu berada di atas floem (xylem di sebelah dalam, dan floem di luar).

4.      Anatomi Buah Pepaya
Termasuk buah sejati tunggal yang berdaging (buah buni atau bacca). Daging buah berasal dari karpela yang menebal, berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah berongga. Peduncle (tangkai bunga) menjadi lebih besar, dan tebal.
Buah  pepaya tersusun atas tiga bagian
1.      Kulit buah (eksokarp)
       Kulit buah pada pada tumbuhan papaya bersifat keras.
2.      Daging buah (mesokarp)
Daging buah merupakan lapisan tengah di bawah eksokarp dan berdaging tebal.
3.      Lapisan dalam buah (endokarp)
    Endocarp merupakan lapisan paling dalam yang mengelilingi biji.

5.      Anatomi Biji Pepaya
Biji merupakan perkembangbiakan utama, terdiri atas beberapa bagian :
a.  Kulit biji merupakan bagian terluar biji. Terdiri atas kulit luar (sarkotesta), kulit tengah (sklerotesta), dan kulit dalam (endotesta). Biji terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp) yang berfungsi agar biji tidak kering.
b.  Tali pusar atau tangkai biji.
c.   Inti biji atau isi biji







BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tumbuhan pepaya berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat. Tanaman ini disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia oleh para pedagang Spanyol. Di Indonesia tepatnya di pulau Jawa tanaman papaya dikenal secara umum sekitar tahun 1930-an. Disetiap daerah pepaya memiliki nama yang berbeda. Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba dari famili Caricaceae. Akar pepaya merupakan akar tunggang (radix primaria). Anatomi akar  tumbuhan pepaya tersusun dari jaringan-jaringan epidermis, korteks, endodermis, pembuluh xilem dan floem serta kambium. Batang pepaya merupakan batang berkayu (lignosus), bentuknya panjang bulat seperti silinder, batangnya memperlihatkan bekas-bekas daun dan arah tumbuh batang tegak lurus ke atas. Batang tersusun atas tiga jaringan dermal, jaringan pembuluh, dan jaringan penyokong. Susunan daunnya terdiri atas tangkai dan helaian saja yang memiliki bentuk dan struktur. Daunnya tersusun atas jaringan epidermis, jaringan parenkim, dan jaringan pengangkut. Tanaman pepaya memiliki tiga macam bunga yaitu bungan betinta, bunga sempurna dan bunga jantan yang memiliki ciri-cirinya masing-masing. Buahnya termasuk dalam golongan buah sungguh (buah sejati) tunggal dan termasuk buah buni. Buah pepaya terdiri atas tiga bagian yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp. Bijinya merupakan biji tertutup (Angiospermae) dan termasuk biji dikotil. Tumbuhan pepaya memiliki berbagai senyawa-senyawa pada setiap bagian-bagiannya yang berrmanfaat bagi kesehatan dan berbagai kegiatan industri.








DAFTAR PUSTAKA.

A, Y, Suroso. 1992. Mengerti Morfologi Tumbuhan. Taristo : Bandung.
Lakitan,Benyamin. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers : Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University  Press: Jakarta.

Makalah Batuan Sumber Bahan Induk Tanah

MAKALAH DASAR ILMU TANAH


BATUAN SUMBER BAHAN INDUK TANAH









Oleh :

Loveman Larosa

 150420014










PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016





Kata Pengantar

            Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat dan kasih karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar Ilmu Tanah yang berjudul “Batuan Sumber Bahan Induk Tanah”.

            Adapun makalah Dasar Ilmu Tanah tentang “Batuan Sumber Bahan Induk Tanah” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah kami ini.

            Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.


Medan, 5 Desember 2016



Penulis






BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

            Pemahaman bahan yang disebut batuan dapat disimak melalui konsep kerak bumi. Kerak bumi merupakan suatu lapisan terluar tubuh bumi, terdiri dari atmosfir, hidrosfir dan litosfir. Sedangkan bagian terdalam tubuh bumi disebut barisfir, terdiri atas bahan berkerapatan jenis tinggi, berwujud kantung logam padat, diselimuti lapisan konsentris bahan kurang rapat.

            Komposisi litosfir dari suatu tempat ke tempat lain akan beragam, tergantung kepada faktor temperatur dan tekanan yang merajai di tempat itu. Faktor-faktor ini digunakan sebagai landasan menjadi tiga lingkungan termodenamik, yaitu : 1) mintakat magmatik > 5.000 atmosfir dan temperatur ± 1.0000 C, 2) mintakat metamorfisma, terletak di atas mintakat magmatik, bertekanan ribuan atmosfir dan bertempertatur sekitar 3740 C, dan 3) mintakat lapukan, terletak di atas mintakat metamorfisma, mempunyai tekanan beragam dari setara tekanan atmosfir sampai setara tekanan dasar laut dan mempunyai temperatur mendekati temperatur permukaan bumi.

            Jika dikaitkan dengan pembentukan batuan, maka perhatian dipusatkan pada mintakat lapukan, yang merupakan bagian terluar litosfir. Melalui berbagai proses geologis, bahan – bahan batuan dari jeluk 10-12 mil di bawah permukaan bumi akan terangkat ke permukaan bumi, dan dengan waktu akan menjadi bagian mintakat lapukan.

            Jadi berdasar konsep diatas, bahan-bahan penyusun batuan berasal dari pusat tubuh bumi, yang setelah melalui serangkaian proses akan terubah menjadi batuan. Batuan merupakan suatu massa padat, tersusun atas satu atau lebih pelikan (Poerwowidodo, 1991)



1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa defenisi dari batuan sumber bahan induk tanah ?

2.      Apa saja klasifikasi dari batuan ?


1.3  Tujuan Penulisan

1.      Agar mahasiswa mampu memahami defenisi dari batuan sumber bahan induk tanah.

2.      Agar mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi dari batuan.

3.      Sebagai pelengkap tugas mata kuliah Dasar Ilmu Tanah.

















BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Batuan Sumber Bahan Induk Tanah

            Tubuh tanah yang ditemui saat ini berasal dari suatu bahan induk tanah setelah bahan itu melalui serangkaian proses pembentukan tanah. Hubungan ini dapat ditulis sebagai berikut :

Bahan Induk Tanah                                                                Tubuh Tanah

                                                proses-proses pembentukan tanah


            Contoh perbedaan konsep bahan induk tanah dapat diperoleh dengan membandingkan konsep pedolog Jenny (1941 dalam Poerwowidodo 1991) dan Joffe (1949 dalam Poerwowidodo 1991 ).

            Jenny (1941 dalam Poerwowidodo 1991) menyatakan bahwa bahan induk tanah adalah semua bahan alami, tanpa melihat asal-usul, wujud, ukuran dan watak bahan, yang ditemui di suatu tempat pada saat awal proses pembentukan tubuh tanah dimulai. Ini berarti bahwa bahan induk tanah dapat berupa batuan dan bahan batuan-batuan.

            Joffe (1949 dalam Poerwowidodo 1991) menyatakan bahwa bahan induk tanah merupakan suatu bahan berasal dari batuan, yang terbentuk setelah melalui serangkaian pelapukan fisis-kimiawi.

            Jika dihubungkan dengan jenis-jenis tanah yang dikenal saat ini, maka konsep bahan induk dari Jenny (1941 dalam Poerwowidodo 1991) lebih bersifat umum, sedangkan Joffe (1949 dalam Poerwowidodo 1991) lebih menekankan kepentingan batuan sebagai bahan induk tanah-tanah pelikan saja. Namun pada hakikatnya, kedua konsep diatas sama-sama sependapat mengenai kepentingan batuan sebagai bahan penting dalam pembentukan tubuh tanah (Poerwowidodo, 1991).

Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan mineral baik yang terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi yang merupakan penyusun utama kerak bumi serta terbentuk sebagai hasil proses alam. Batuan bisa mengandung satu atau beberapa mineral. Sebagai contoh ada yang disebut sebagai monomineral rocks (batuan yang hanya mengandung satu jenis mineral), misalnya marmer, yang hanya mengandung kalsit dalam bentuk granular, kuarsit, yang hanya mengandung mineral kuarsa. Di samping itu di alam ini paling banyak dijumpai batuan yang disebut polymineral rocks (batuan yang mengandung lebih dari satu jenis mineral), seperti granit atau monzonit kuarsa yang mengandung mineral kuarsa, feldspar, dan biotit.

            Atas dasar cara terbentuknya, batuan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. batuan beku : sebagai hasil proses pembekuan atau kristalisasi magma
2. batuan sedimen : sebagai hasil proses sedimentasi
3. batuan metamorf : sebagai hasil proses metamorfisme (Hardjowigeno, 2010).

2.2 Klasifikasi Batuan

            Batuan dapat dikelompokkan berdasarkan asal pembentukannya menjadi tiga divisi, yaitu : 1) batuan beku, yang berasal dari pemadatan magma, 2) batuan endapan, yang berasal dari konsolidasi endapan-endapan yang terangkut air atau angin, dan 3) batuan alihan, yang berasal dari proses-proses perubahan bentuk lebih lanjut dari batuan beku atau endapan.

1.      Batuan Beku

            Batuan beku (ignias, asal kata Latin ignis = api) berasal dari pemadatan (solidifikasi) magma cair. Magma adalah suatu massa batu cair di dalam tubuh bumi. Jika bahan ini terhambur ke permukaan bumi, disebut lava. Magma dan lava mengandung berbagai hablur atau jarah padat lain. Batuan beku seluruhnya tersusun dari hablur.

            Magma terbentuk melalui pencairan atau pelarutan batuan di dalam perut bumi akibat tingkat pemanasan tinggi. Temperatur magma berkisar antara 6000 C sampai 1.2000 C. Setiap jenis batuan mempunyai titik ambang pencairan tertentu, dan pada temperatur setinggi itu, umumnnya semua batuan akan dapat mencair.

            Pembentukan magma terjadi di seluruh bagian perut bumi asalkan temperaturnya cukup tinggi untuk mencairkan dan melarutkan batuan. Pencarian batuan ini terjadi pada jeluk sekitar 17, 85 , 170 km atau lebih. Batu mencair ini segera mencari jalan keluar dan melarutkan pula batuan yang bersinggungan di sepanjang lorong perjalanan menuju permukaan bumi.

            Batu cair ini mempunyai bobot lebih ringan dibanding batu padatnya. Bobot ini terus menurun dengan meningkatnya kandungan gas. Jika magma terkena besar (6000 ton/inc2 pada jeluk 34 km) dari batuan padat disekelilingnya, akan tergerak dan arah gerakannya adalah ke permukaan bumi oleh karena tekanannya paling rendah. Pergerakan ini ditunjang pula oleh tingkat kelarutan batuan cair yang besar dan jjuga oleh kakas mengembang gas-gas dalam magma. (Poerwowidodo, 1991).


A. Proses pembentukan

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan atau kristalisasi magma. Proses ini merupakan proses perubahan fase dari fase cair (lelehan, melt) menjadi fase padat, yang akan menghasilkan kristalkristal mineral primer atau gelas. Proses pembekuan magma (temperatur dan tekanan) akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal. Karakteristik tekstur dan struktur pada batuan beku sangat dipengaruhi oleh waktu dan energi kristalisasi. Apabila terdapat cukup energi dan waktu pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal berukuran besar, sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat, maka kristal tidak sempat terbentuk dan cairan magma akan membeku menjadi gelas. Proses ini sangat identik dengan pembuatan gula pasir, di mana untuk membuat gula yang berukuran kasar diperlukan waktu pendinginan relatif lebih lama dibandingkan gula yang berukuran halus.

Berdasarkan kecepatan pendinginan ini, maka batuan beku dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu batuan beku plutonik, hipabisal dan batuan beku volkanik yang berturut-turut mempunyai ukuran kristal dari yang paling kasar ke halus.

Urutan mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma seiring dengan penurunan suhu dapat dilihat pada Bowen's reaction series
Pada seri reaksi Bowen terdapat 2 kelompok, yaitu:
1. seri terputus (discontinuous series), dimana mineral yang terbentuk mempunyai struktur kristal dan komposisi yang berbeda-beda
2. seri berkesinambungan (continuous series), dimana mineral yang terbentuk mempunyai struktur kristal yang sama, namun komposisi kimia penyusunnya yang berbeda.

Akhirnya pada cairan magma akan tersisa silika, potasium dan sodium yang akan kemudian akan membentuk mineral-mineral K-feldspar, muskovit dan kuarsa. Batuan beku berdasarkan atas genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku intrusif, yang terbentuk di bawah permukaan bumi, dan batuan beku ekstrusif, yang membeku di atas permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif masih
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu batuan aliran (efusif) dan ledakan (eksplosif).

B. Karakteristik
B.1. Sifat fisik

Pengamatan fisik yang perlu diamati adalah warnanya saja. Warna dapat mencerminkan proporsi kehadiran mineral terang (felsik) terhadap mineral berwarna gelap (mafik). Dari pengamatan warna ini, dapat memberikan penafsiran kepada tipe batuan asam, menengah, basa dan ultrabasa. Batuan beku asam memiliki warna relatif lebih terang dibandingkan dengan batuan beku menengah ataubasa.

B.2. Tekstur

Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman kristal dan ukuran kristal yang masing-masing dapat dibedakan menjadi beberapa macam.
1. Tingkat kristalisasi
a.  Holokristalin, seluruhnya terdiri atas kristalin
b.  Holohyalin, seluruhnya terdiri atas gelas
c.  Hypohyalin, sebagian kristal dan sebagian gelas.


2. Keseragaman kristal
a. Equigranular, mempunyai ukuran kristal yang relatif seragam. Sering dipisahkan menjadi idiomorfik granular (kristal berbentuk euhedral), hypidiomorfik granular (kristal berbentuk subhedral) dan allotriomorfik granular (kristal berbentuk anhedral).
b. Inequigranular (porfiritik), mempunyai ukuran kristal yang tidak seragam. Kristal yang relatif lebih besar disebut sebagai fenokris (Kristal sulung), yang terbentuk lebih awal. Sedangkan kristal yang lebih halus disebut sebagai massa dasar.
c. Afanitik, jika batuan kristalin mempunyai ukuran kristal yang sangat halus dan jenis mineralnya tidak dapat dibedakan dengan kaca pembesar.

3. Ukuran Kristal

a. < 1mm : halus
b. 1,5mm : sedang
c. > 5mm : kasar

B.3. Komposisi

Mineral pada batuan beku dapat dikelompokkan menjadi mineral utama dan mineral asesori.

Mineral utama merupakan mineral yang dipakai untuk menentukan nama batuan berdasarkan komposisi mineralogi, karena kehadirannya pada batuan melimpah. Contoh: ortoklas, plagioklas, kuarsa, piroksen dan olivin.

Mineral asesori adalah mineral yang keberadaannya pada batuan tidak melimpah, namun sangat penting dalam penamaan batuan, misalnya biotit atau hornblende pada granit biotit atau granit hornblende. Mineral yang sangat halus, misalnya pada batuan yang bertekstur afanitik, cukup disebutkan kelompok mineralnya saja, misalnya mineral felsik, intermediate atau mineral mafik. Contoh: Riolit tersusun oleh mineral felsik.

B.4.Struktur

Struktur pada batuan beku adalah kenampakan hubungan antara bagianbagian batuan yang berbeda. Struktur ini sangat penting di dalam menduga karakteristik keteknikan, misalnya pada batuan beku yang berstruktur kekar tiang (columnar joint) akan mempunyai karakteristik keteknikan yang berbeda dengan batuan beku yang berstruktur kekar lembaran (sheeting joint). Kedua struktur ini hanya dapat diamati di lapangan.

Macam-macam struktur yang sering dijumpai pada batuan beku adalah:
a. Masif : bila batuan pejal tanpa retakan aau lubang gas
b. Teretakkan : bila batuan mempunyai retakan (kekar tiang atau kekar lembaran)
c. Vesikuler : bila terdapat lubang gas. Skoriaan, jika lubang gas tidak saling berhubungan; Pumisan, jika lubang gas saling berhubungan; Aliran, bila ada kenampakan aliran pada orientasi lubang gas.
d. Amigdaloidal : bila lubang gas terisi oleh mineral sekunder (Hardjowigeno, 2010).


a.         Klasifikasi Berdasarkan Tekstur

            Tekstur batuan memaparkan wujud bahan dan ukuran komposisi bahan pelikan yang menyusun suatu jenis batuan. Gatra tekstur batuan ini lazim digunakan sebagai salah-satu dasar klasifikasi batuan beku. Tekstur batuan beku dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : 1) tekstur butiran, 2) tekstur padat, 3) tekstur bening, dan 4) tekstur sibir.





Tekstur butiran

Ukuran butiran pelikan penyusun batuan cukup besar sehingga memungkinkan ditetapkan secara megaskopis. Kelompok batuan ini mempunyai suatu volume tubuh yang seluruhnya tersusun atas hablur pelkan berukuran Ø > 0.002 mm.


Tekstur padat

Ukuran butiran pelikan penyusun batuan terlalu kecil sehingga tidak memunginkan ditetapkan secara megaskopis.


Tekstur bening

Bahan penyusun batuan tidak menghablur sehingga batuan menyerupai kaca.


Batuan sibir

Bahan penyusun batuan terdiri dari sibir-sibir pelikan dan batuan.


b.        Klasifikasi Berdasarkan Mode Pembentukan

            Batuan beku merupakan hasil penghabluran magma yang terjadi pada berbagai keadaan fisis dan temperatur. Ini juga berarti bahwa kecepatan pendinginan suatu magma akan berbeda. Berdasarkan hal ini batuan beku dikelompokkan menjadi : 1) batuan plutonik/batuan dalam yaitu pemadatan magma berlangsung di perut bumi, pada jeluk sangat dalam. Contoh: batu granit, 2) batuan intrusif/batuan retas yaitu pemadatan magma berlangsung di dalam saluran perut bumi, sehingga dapat menyumbat saluran itu. Contoh : pegmatit, aplit dan granit porfir, 3) batuan ekstrusif/batuan efusif/batuan vulkanik yaitu pemadatan magma terjadi di permukaan bumi sebagai hasil kegiatan vulkanik yang menyebabkan magma mengalir ke luar. Contoh : tufa liparit dan tufa kuarsa porfir.

c.         Klasifikasi Berdasarkan Kandungan SiO2

            Pembagian batuan beku menurut keasamannya didasarkan pada kandungan SiO2 . Kriteria pembagian ini adalah sebagai berikut:

Batuan asam jika kandungan SiO2 > 65 %

Batuan intermidier jika kandungan SiO2 52-65%

Batuan basa jika kandungan SiO2 45-52 %

          Batuan ultra basa jika kandungan SiO2 < 45 %  (Poerwowidodo, 1991).


2.      Batuan Endapan

            Batuan endapan (Latin: sedimentum = pengendapan) merupakan sekelompok batuan tertentu yang pembentukannya melalui proses-proses pengendapan melalui air atau udara ke berbagai permukaan bumi.

A. Proses pembentukan

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses sedimentasi, yang meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan deposisi (pengendapan). Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Proses erosi dan transportasi terutama dilakukan oleh media air dan angin. Proses pengendapan terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut detritus tersebut. Material yang lepas ini akan diubah menjadi batuan dengan proses diagenesis dan litifikasi, yang termasuk di dalamnya kompaksi dan sementasi.

Secara umum batuan sedimen dapat dibedakan menjadi dua golongan besar berdasarkan cara pengendapannya, yaitu batuan sedimen klastik dan nonklastik.

1. Batuan sedimen klastik tersusun atas butiran-butiran (klastika) yang terbentuk karena proses pelapukan secara mekanis dan banyak dijumpai mineral-mineral alogenik. Mineral-mineral alogenik adalah mineral yang tidak terbentuk pada lingkungan sedimentasi atau pada saat sedimentasi terjadi. Mineral ini berasal dari batuan asal yang telah mengalami transportasi dan kemudian terendapkan pada lingkungan sedimentasi. Pada umumnya berupa mineral yang mempunyai resistensi tinggi, seperti kuarsa, plagioklas, hornblende, garnet dan biotit.

2. Batuan sedimen non-klastik, terbentuk karena proses pengendapan secara kimiawi dari larutan maupun hasil aktivitas organik dan umumnya tersusun oleh mineral-mineral autigenik. Mineral-mineral autigenik adalah mineral yang terbentuk pada lingkungan sedimentasi, seperti   gipsum, anhidrit, kalsit dan halit.

B. Karakteristik

B.1. Sifat fisik

Pengamatan fisik meliputi pengamatan warna dan derajat kompaksi. Warna batuan sedimen dapat mencerminkan komposisi dominan atau jenis semen penyusunnya, misalnya batuan sedimen yang berukuran pasir berwarna kuning atau kemerahan dapat diduga bahwa batuan tersebut disemen oleh material yang tersusun oleh oksida besi.

B.2. Tekstur

Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang berhubungan dengan butiran penyusunnya, seperti ukuran butir, bentuk butir, hubungan antar butir (kemas). Secara umum tekstur batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu klastik dan non-klastik.
Pada tekstur klastik, yang diamati meliputi:
a. Ukuran butir yang dapat dipisahkan berdasarkan skala Wentworth, seperti bongkah (> 256 mm), berangkal (64 . 256 mm), kerakal (4 . 64 mm), kerikil (2 . 4 mm), pasir (0,063 . 2 mm), lanau (0,004 . 0,063 mm) dan lempung (< 0,004 mm).
b. Sortasi (pemilahan) dapat berupa sortasi baik, jika besar butiran penyusunnya relatif sama dan sortasi buruk, jika besar butiran penyusunnya tidak sama.
c. Bentuk butir dibedakan atas bentuk menyudut (angular) dan membundar (rounded) serta menyudut/membulat tanggung (subangular atau subrounded).
d. Kemas dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kemas terbuka (matrix supported), jika butiran yang berukuran besar (fragmen) tidak saling bersentuhan atau mengambang dalam matrik. Kemas tertutup (class supported) jika butiran penyusunnya saling bersentuhan satu sama lain.

Pada batuan sedimen yang berukuran > 2 mm, masih dapat dideskripsi lebih detail mengenai fragmen (butiran yang lebih besar dari ukuran pasir), matrik (butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan diendapkan bersama-sama fragmen), dan semen (material halus yang menjadi pengikat antara matrik dan fragmen. Semen dapat berupa silika, karbonat, sulfat, atau oksida besi. Pada batuan yang bertekstur non-klastik umumnya memperlihatkan kenampakan mozaik dari kristal penyusunnya. Kristal penyusun biasanya terdiri dari satu macam mineral (monomineralik), seperti gipsum, kalsit, dan anhidrit.

Macam-macam tekstur non-klastik adalah:
a. Amorf : berukuran lempung/koloid
b. Oolitik : kristal berbentuk bulat yang berkumpul, ukurannya 0,25 . 2 mm
c. Pisolitik : sama seperti oolitik, ukuran butir kristalnya > 2 mm

B.3. Struktur

Struktur pada batuan sedimen sangat penting baik untuk geologi maupun geologi teknik. Pada analisis geologi struktur ini dapat digunakan untuk menganalisis kondisi tektonik dari daerah dimana batuan sedimen tersebut dijumpai. Di samping itu pada bidang batas struktur sedimen secara keteknikan merupakan bidang lemah. Macam struktur sedimen yang dapat dijumpai, misalnya:

a. Perlapisan atau laminasi sejajar, bentuk lapisan yang pada awalnya terbentuk secara  horizontal. Posisi lapisan ini dapat berubah jika terkena proses tektonik, misalnya perlapisan \miring atau terkena patahan.
b. Perlapisan silang-siur, perlapisan batuan saling potong-memotong pada skala kecil, biasanya melengkung.
c. Perlapisan bergradasi (graded bedding), yang dicirikan oleh perubahan ukuran butiran pada satu bidang perlapisan. Masif, apabila tidak dijumpai lapisan atau laminasi.

B.4. Komposisi

Pengamatan komposisi pada batuan sedimen lebih kompleks daripada pada batuan beku, karena batuan sedimen dapat tersusun oleh fragmen batuan maupun mineral. Namun pada pengamatan komposisi yang ditekankan cukup pada pengamatan komposisi fragmen dan semen. Fragmen dapat berupa butiran mineral yang berukuran lebih dari 2 mm maupun batuan lain (beku, sedimen, dan metamorf). Semen biasanya tersusun oleh mineral-mineral berukuran halus, seperti lempung, gipsum, karbonat, oksida besi dan/atau silika. Jenis semen ini akan berpengaruh terhadap karakteristik keteknikan dari batuan sedimen. Batuan yang tersemen silika akan mempunyai karakteristik keteknikan yang lebih baik daripada batuan yang tersemen karbonat. Jenis semen ini bisa diperkirakan dengan menggunakan alat bantu, misalnya HCl untuk menentukan hadirnya material karbonat. Semen gipsum biasanya mempunyai warna hamper sama dengan karbonat, hanya tidak bereaksi dengan HCl. Semen oksida besi biasanya berwarna kuning atau merah. Sedangkan semen silika biasanya sangan keras (Buchman,1969).

a.      Sumber Bahan Endapan

            Lima sumber utama bahan-bahan endapan adalah : 1) bahan letupan gunung api, 2) serpihan batuan hasil pelapukan, 3) hasil peruraian batuan, 4) presipitat dari larutan, dan 5) jabaran bahan organik.

a.1. Bahan letupan gunung api

            Bahan asli letupan gunung api sangat sedikit ditemui pada kebanyakan batuan endapan, dan bukan merupakan bahan penting penyusun batuan itu. Bahan letupan gunung api yang terlontarkan ke udara saat terjadi letupan disebut eflata dan jika mengeras menjadi tufa.

a.2. Serpihan batuan hasil pelapukan

            Pemecahan batuan cenderung meningkat jika di tempat batuan itu tidak terdapat tetumbuhan. Batuan yang tidak tertutupi tetumbuhan ini menjadi sasaran panas matahari dan hujan. Proses penghancuran batuan secara mekanis ini melalui : a) perubahan-perubahan temperatur, yang menyebabkan pengembangan dan pengerutan berulang-ulang, dan b) pembekuan dan pencairan silih berganti.

a.3. Peruraian batuan

            Hasil-hasil penting peruraian batuan adalah : i) garam-garam dapat larut, ii) bahan-bahan koloid, iii) hasil pelapukan tidak larut/pelikan sekunder, dan iv) pelikan tahan peruraian.

a.4. Presipitat dari Larutan

            Presipitasi dari air danau, sungai atau laut, tanpa adanya bantuan suatu biang organik, hanya terjadi pada keadaan khusu, yang tergantung kepada lingkungan setempat. Hal ini menyebabkan presipat yang terbentuk secara anorganik, hanya mempunyai takaran sedikit, daripada presipat yang dirangsang oleh hadirnya biang-biang organik.

a.5. Jabaran bahan organik

            Banyak bahan-bahan yang terlarut dalam air permukaan bumi merupakan hasil penceraan oleh jasad hidup selama proses hidupnya, dan pada suatu lingkungan sesuai bahan-bahan ini akan terlonggok membentuk endapan organik. Contoh terpenting adalah kalsium karbonat yang membentuk berbagai bagian hewan bertulang belakang.

b.      Macam Bahan Endapan

            Macam- macam batuan endapan utama, yaitu : i) batuan endapan klastik, mencakup: konglomerat, batu pasir, batu debu dan shale, ii) batuan endapan kimiawi, mencakup: kalsium karbonat, magnesium karbonat, silika, pelikan besi, sodium klorida, kalsium sulfat, magnesium sulfat, potasium sulfat dan senyawa klorida, iii) batuan endapan organik, mencakup: endapan berkapur, bersilikat dan berkarbon.

            Bahan-bahan klastik dibawa oleh arus air, angin, gelombang laut dan diendapkan di tempat tertentu jika laju biang pengangkut menjadi tidak memadai lagi untuk memindahkan lebih jauhjarah-jarah itu. Endapan oleh air tawar dan angin dapat terjadi di lahan atau danau, dan bentuk endapan ini menjadi kurang penting dibanding endapan di laut.

c.      Klasifikasi Batuan Endapan

            Batuan endapan terdiri dari berbagai kelompok batuan sehingga menyulitkan penyusunan klasifikasinya yang memuaskan. Beberapa cara pengklasifikasian batuan endapan adalah : 1) klasifikasi berdasar wujud bahan endapan, 2) klasifikasi berdasar mode pembentukan.

c.1. Klasifikasi Berdasarkan Wujud Bahan Endapan

            Berdasar wujud bahan yang diendapkan, batuan endapan dapat diklasifikasikan menjadi lima divisi, yaitu : a) endapan klastik atau serpihan, b) endapan kimiawi, c) endapan organik d) endapan piroklastik e) endapan sisa.

            Batuan klastik/serpih ini mencakup seluruh endapan yang tersusun dari serpih batuan dan bahan-bahan padat hasil peruraian dari serpih batuan dan bahan-bahan padat hasil peruraian sejumlah batuan tua. Pembagian batuan klastik ke dalam kelas-kelas adalah berdasar pada ukuran garis tengah butiran bahan penyusun. Batuan yang termasuk kelompok ini meliputi : boulder, pebbles, kerikil, pasir, lumpur, lempung dan bentuk konsilodasinya, seperti : konglomerat, batu pasir dan shale.

            Endapan kimiawi mencakup seluruh longgokan yang terbentuk secar langsung melalui presipitasi dari larutan. Batuan yang termasuk kelompok ini adalah : kalsium karbonat, klorida-klorida, sulfat-sulfat, nitrat-nitrat, borat-borat dan alkali karbonat.

            Endapan organik merupakan endapan yang tersusun dari bahan-bahan yang berasal dari jaringan jasad hidup. Pelonggokan bahan organik dalam skala besar tergantung kepada pasok bahan organik, lingkungan pelonggokan dan kerusakan/peruraian bahn organik di tempat pelonggokan. Pelonggokan bahan organik ini terjadi di tempat-tempat cekungan seperti laut dangkal, rawa atau danau.

            Kelompok endapan organik ini dibagi menjadi kelas-kelas berdasar komposisi kimiawi bahan, yaitu menjadi : a) endapan berkapur, b) endapan bersikilat, dan c) endapan berkarbon.

            Endapan organik berkapur mencakup; shell-shand  baru, endapan adang coral (corl reef) , selut foraminifera, selut pteropoda dan globigerin, serta batu kapur tua.

            Endapan bersikilat meliputi selut diatomae dan selut radiolaria, serta endapan silikat membantu, seperti jasper dan chert.

            Endapan berkarbon meliputi batu bara dan gambut (berasal dari sisa-sisa tanaman) dan minyak bumi (berasal dari sisa-sisa hewan purba).

            Endapan piroklastik terdiri dari debu-debu vulkanik, yang dapat dikelompokkan berdasar jenis lava atau tekstur jarah debu. Berdasar tekstur jarah debu, maka debu vulkanik ini dibagi menjadi : gelas vulkanik, serpihan lava berhablut dan pecahan hablur.

            Endapan sisa terdiri dari bahan yang tertinggal di tempat itu sebagai hasil pelapukan batuan, dan biasanya membentuk lapisan permukaan yang tipis, yang menutupi batuan induk tidak-terlapuk sebagian di sebelah bawahnya. Contoh endapan ini adalah tanah.

c.2. Klasifikasi Berdasarkan Mode Pembentukan

            Berdasar mode pembentukannya, batuan endapan dpat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu: a) batuan endapan klasik, yaitu endapan yang terbentuk dari bahan-bahan yang terangkut aliran air atau angin, b) batuan endapan kimiawi, yaitu endapan hasil presipitasi senyawa-senyawa terlarut dalam suatu cairan.


a.      Batuan endapan klastik

            Batuan ini dicirikan oleh pelikan-pelikan yang dikandungnya. Batuan ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu: 1) sisa tidak larut dari pelapukan batuan, 2) pelikan tahan lapuk jabaran dari batuan yang ada di tempat itu.


b.      Batuan endapan kimiawi

            Batuan endapan kimiawi dapat di bagi berdasarkan komposisi kimiawinya. Oleh karena endapan kalsium karbonat banyak dijumpai pada berbagai batuan dan dikenal sebagai bahan induk penting tipe-tipe tanah, maka ulasan ini akan lebih banyak menyinggung bahn tersebut. Biang-biang orgnaik seringkali aktif dalam pengendapan kalsium karbonat walau endapan kimiawi murni dapat terjadi jika kandungan CO2 air laut berkurang, yang menyebabkan pengurangan kelarutan kalsium karbonat (Poerwowidodo, 1991).


3.      Batuan Metamorf

            Adanya perbedaan lingkup temperatur, batuan-batuan beku dan endapan akan mengalami perubahan untuk mencapai kesetimbangan baru pada lingkup temperatur yang ada. Jika proses pelapukan batuan di permukaan bumi tidak disertakan, selang temperatur itu dapat dibagi menjadi : a) daerah temperatur rendah dari transformasi diagenetik (diagenesis), b) daerah temperatur pengendapan, dan c) daerah temperatur tinggi dari transformasi metamorfik (metamorfisma).

            Batuan alihan atau metamorfisma merupakan proses perubahan-perubahan mineralogis dan bangun batuan dalam bentuk padat sebagai tanggapan terhadap keadaan fisis dan kimiawi, yang berbeda dari keadaan waktu batuan itu terbentuk.

                        Berdasar pada pendekatan geologis, metamorfisma ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu : 1) memorfisma singgung, dan 2) metamorfisma kataklastik.

            Metamorfisma singgung merupakan metamorfisma panas statis setempat yang menghasilkan suatu aureole dari batuan metamorfik mengitari siatu tubuh intrusif. Metamorfisma singgung ini dirangsang oleh tekanan dan temperatur sangat tinggi, dan larutan sangat kuat yang mampu menerobos batuan, seperti kasus suntikan magma ke dalam suatu batuan.

            Metamorfisma kataklastik terbatas pengaruhnya pada mintakat yang berdekatan. Perepihan mekanis dan pergeseran menyebabkan sejumlah perubahan pada fabrik batuan. Contoh batuan ini adalah : bresika, milonit, dan pseudotakilit. Batuan ini jelas memperlihatkan pengurangan ukuran butiran akibat gesekan. Batuan pseudotakilit yang mengalami geseran intensif akan tmpak seperti gelas basaltik hitam (takilit). Selama perubahan ini tidak ada panas (tidak cukup panas) yang dipasokan ke batuan, sehingga tidak terjadi reaksi antarpelikan.

            Akhir dari metamorfisma akan tercapai jika temperatur menjadi cukup tinggi (antara 600 dan 9000 C) untuk mencairkan batuan alihan dan membentuk cairan magma, dan bila mengalami pendinginan, akan menjadi batuan beku menjadi endapan dan menjadi batuan alihan dan kembali lagi menjadi batuan beku (Poerwowidodo, 1991).

A.    Proses pembentukan

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfosa pada batuan yang telah ada sebelumnya sehingga mengalami perubahan komposisi mineral, struktur, dan tekstur tanpa mengubah komposisi kimia dan tanpa melalui fase cair. Proses ini merupakan proses isokimia (tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan), yang disebabkan oleh perubahan suhu, tekanan dan fluida, atau variasi dari ketiga faktor tersebut.

Secara umum terdapat tiga macam tipe metamorfosa, yaitu:

1. Metamorfosa termal, yang disebabkan oleh adanya kenaikan suhu akibat terobosan magma atau lava. Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan reaksi antara mineral dan larutan magmatik serta penggantian dan penambahan mineral.
2. Metamorfosa regional, terjadi pada daerah yang luas akibat pembentukan pegunungan. Perubahan terutama disebabkan dominan oleh tekanan.
3. Metamorfosa dinamik, yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasi atau deformasi intensif akibat patahan. Proses yang terjadi adalah perubahan mekanis pada batuan, tidak terjadi rekristalisasi kecuali pada tingkat lonitik.

Mineral yang umum dijumpai pada batuan metamorf adalah kuarsa, garnet, kalsit, feldspar, mika, dan amfibol.


B. Karakteristik
B.1. Sifat fisik

Pengamatan fisik pada batuan metamorf meliputi pengamatan warna batuan. Warna batuan dapat mencerminkan ukuran butiran. Warna yang gelap cenderung mempunyai ukuran butiran yang halus yang tersusun oleh mineralmineral mika yang berukuran halus. Warna yang terang biasanya tersusun oleh kuarsa atau karbonat.

B.2. Tekstur

Pengamatan tekstur pada batuan metamorf relatif hampir sama dengan pada batuan beku, karena sama-sama terdiri atas kristal. Macam-macam pengamatan tekstur pada batuan metamorf adalah sebagai berikut:


1. Tektstur berdasarkan bentuk individu kristal: idioblast (jika mineral penyusunnya dominan berbentuk euhedra), hypidioblast (jika mineral penyusunnya berbentuk anhedra).
2. Berdasarkan bentuk mineral, tekstur batuan metamorf dapat dibagi menjadi: lepidoblastik (terdiri dari mineral berbentuk tabular seperti mika), nematoblastik (terdiri dari mineral berbentuk prismatik, seperti hornblende/ amfibol), granoblastik (terdiri dari mineral yang berbentuk granular, anhedra, dengan batas-batas suture), dan porfiroblastik (terdiri dari mineral-mineral yang berukuran tidak seragam, beberapa mineral ditemukan berukuran lebih besar daripada yang lain).

B.3. Struktur

Struktur pada batuan metamorf lebih penting daripada tekstur, karena merupakan dasar dari penamaan batuan metamorf. Struktur ini dapat dibagi mennjadi dua, yaitu struktur foliasi dan struktur non-foliasi.
a. Struktur foliasi adalah struktur paralel yang disebabkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusunnya. Umumnya tersusun oleh mineral-mineral pipih dan/atau prismatik, seperti mika, horblende atau piroksen. Struktur foliasi dapat dibedakan menjadi slaty cleavage (adanya bidang-bidang belah yang sangat rapat, teratur dan sejajar; batuannya disebut slate/batusabak), phyllitic (hampir sama dengan slaty cleavage, tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada batu sabak, sudah terlihat adanya pemisahan mineral pipih dan dan mineral granular; batuannya disebut filit), schistosic (adanya penjajaran mineral-mineral pipih yang menerus dan tidak terputus oleh mineral granular; batuannya disebut sekis), dan gneissic (adanya penjajaran mineral-mineral granular yang berselingan dengan mineral-mineral prismatik, mineral pipih memiliki orientasi tidak menerus; batuannya disebutgneis).

b. Struktur non-foliasi dicirikan oleh tidak adanya penjajaran mineral pipih atau prismatik. Struktur ini terdiri atas hornfelsic (dibentuk oleh metamorfosa termal, dimana butiran mineralnya berukuran relatif seragam; batuannya disebut hornfels [tersusun oleh polimineralik], kuarsit [tersusun dominan oleh kuarsa], dan marmer [tersusun oleh kalsit]),  cataclastic (terbentuk karena metamorfosa kataklastik, misalnya akibat patahan; nama batuannya adalah kataklasit), mylonitic (mirip dengan kataklastik, tetapi mineral penyusunnya berukuran halus dan dapat dibelah seperti skis; nama batuannya disebut milonit), dan pyllonitic (struktur ini mirip dengan milonitik, tetapi sudah mengalami rekristalisasi sehingga menunjukkan kilap sutera; nama batuannya disebut gllonit).

B.4. Komposisi

Komposisi mineral pada batuan metamorf hampir sama dengan pada batuan beku atau sedimen non-klastik. Perbedaannya jenis mineralnya lebih kompleks karena merupakan hasil rekristalisasi dari mineral-mineral pada batuan asalnya. Komposisi mineral pada batuan metamorf berfoliasi biasanya polimineralik, sedangkan pada non-foliasi biasanya monomineralik, kecuali hornfels.

7.2 Pelapukan dan alterasi pada batuan

Proses pelapukan dan alterasi menyebabkan terubahnya batuan asal menjadi material lain yang sifat fisiknya menjadi lebih lemah. Proses ini dapat mempermudah atau mempercepat terurainya ikatan kimia mineral pada batuan. Proses pelapukan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pelapukan mekanik yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir.
2. Pelapukan kimia, yang menyebabkan mineral pada batuan mengalami dekomposisi. Proses alterasi sedikit berbeda dengan pelapukan. Pada alterasi, proses kimia lebih berperan dibandingkan proses fisika dan di sini terjadi peningkatan suhu yang signifikan untuk mempercepat proses alterasi. Namun demikian, baik proses pelapukan maupun proses alterasi keduanya akan mempercepat proses pembentukan tanah (Buchman, 1969).












BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.      Tubuh tanah yang ditemui saat ini berasal dari suatu bahan induk tanah setelah bahan itu melalui serangkaian proses pembentukan tanah. Bahan induk tanah merupakan suatu bahan berasal dari batuan, yang terbentuk setelah melalui serangkaian pelapukan fisis-kimiawi.

2.      Batuan dikelompokkan berdasarkan asal pembentukannya menjadi tiga divisi, yaitu : 1) batuan beku, yang berasal dari pemadatan magma, 2) batuan endapan, yang berasal dari konsolidasi endapan-endapan yang terangkut air atau angin, dan 3) batuan alihan, yang berasal dari proses-proses perubahan bentuk lebih lanjut dari batuan beku atau endapan.











DAFTAR PUSTAKA

Buchman. 1969. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Hardjowigeno. 2010. Ilmu Tanah. CV. Akademika Pressindo. Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Ganesa Tanah Batuan Pembentuk Tanah Jilid I. CV Rajawali. Jakarta.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com